Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Kemunduran Kesultanan Aceh

Kompas.com - 08/08/2022, 14:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesultanan Aceh merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di ujung barat Pulau Sumatera.

Kerajaan ini mengalami masa kejayaan di era kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Namun, kerajaan ini mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh konflik internal dan krisis kepemimpinan.

Selain itu, invasi Belanda ke Aceh menjadi salah satu penyebab kemunduran Kesultanan Aceh hingga akhirnya runtuh pada awal 1900-an.

Baca juga: Biografi Singkat Teungku Peukan, Tokoh Perlawanan Aceh

Konflik Internal

Salah satu faktor yang membuat Kesultanan Aceh mengalami kemunduran adalah krisis kepemimpinan.

Setelah meninggalnya Sultan Iskandar Muda pada 1636, Kesultanan Aceh mengalami konflik internal.

Konflik tersebut terjadi hingga Sultan Mahmudsyah naik takhta pada 1870. Ia memerintah hanya sebentar, yakni hingga 1874.

Pada saat itu, invasi Belanda ke wilayah Kesultanan Aceh memperparah permasalahan di dalamnya.

Selain itu, permasalahan di Kesultanan Aceh diperparah dengan adanya perang saudara, salah satunya terjadi pada era kepemimpianan Sultan Alauddin Jauhar Alamsyah (1795-1824).

Traktaat Sumatera

Permasalah lain yang menyebabkan Kesultanan Aceh melemah adalah lahirnya Traktaat Sumatera pada 1871.

Dalam Traktaat Sumatera disebutkan bahwa Inggris wajib melepaskan diri dari segala urusan politik dan kebijakan Belanda di Sumatera.

Traktaat Sumatera ini merupakan revisi dari Traktaat London yang dibuat pada 1824.

Dalam Traktaat London, Inggris memiliki hak melindungi Aceh dari serangan bangsa mana pun.

Traktaat London ini merupakan bentuk kerja sama antara Kesultanan Aceh dengan Inggris.

Namun, setelah direvisi dan muncul Traktaat Sumatera, Kesultanan Aceh terancam akan diinvasi Belanda.

Sejak saat itulah, Belanda mulai menginvasi Kesultanan Aceh pada 1873. Hal itu menjadi awal dari Perang Aceh.

Perang Aceh

Perang Aceh dimulai sejak Belanda menginvasinya pada Maret 1873.

Baca juga: Peristiwa 11 September 1926, Perjuangan Rakyat Aceh Melawan Belanda

Sebelumnya, Belanda memulai dengan memberikan ancaman politik kepada Kesultanan Aceh.

Namun, awal invasi yang dilakukan Belanda pada 1873, mengalami kegagalan. Setelah itu, Belanda kembali menginvasi Aceh pada 1883, 1892, dan 1893.

Ketika pecah konflik Belanda-Kesultanan Aceh, Sultan Muhammad Daud Syah II meminta Rusia untuk memberikan status protektorat pada 1879 dan 1898.

Namun, permintaan dari Kesultanan Aceh tersebut ditolak oleh penguasa Rusia.

Pada 1896, Belanda menyelundupkan Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden untuk membantu menaklukkan Aceh.

Snouck Hurgronje yang saat itu mendapat kepercayaan dari banyak tokoh pejuang Aceh memberikan saran kepada Belanda.

Ia menyarankan Belanda untuk merangkul para Uleebalang (kepala pemerintahan di dalam Kesultanan Aceh).

Setelah berhasil merangkul golongan Uleebalang, Snouck Hurgronje menyarankan Belanda untuk segera menghabisinya.

Strategi tersebut berhasil hingga membuat Sultan Muhammad Daud Syah II menyerahkan diri kepada Belanda pada 1903.

Sultan Muhammad Daud Syah II menyerahkan diri karena sebelumnya Belanda berhasil menculik keluarganya.

Setelah itu, beberapa pejuang Aceh, seperti Panglima Polem Muhammad Daud, Tuanku Raja Keumala, dan Tuanku Mahmud, juga menyerahkan diri kepada Belanda.

Hal itulah membuat Kesultanan Aceh runtuh dan menjadikan Belanda menguasai Aceh.

 

Referensi:

  • Darmawan, Joko. Astuti, Rita Wigira. (2018). Sandyakala: Kejayaan dan Kemashyuran Kerajaan Nusantara. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com