Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aman Ane, Dongeng tentang Suami yang Dungu

Kompas.com - 24/07/2022, 13:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aman Ane merupakan sebuah kisah jenaka yang tak banyak diketahui oleh masyarakat Aceh.

Kisah Aman Ane ini menceritakan seorang suami yang dungu dan selalu membuat kesal istri dan anaknya.

Kedunguan sang suami ini hampir membuatnya ditinggal pergi oleh istri dan anaknya.

Si dungu

Dahulu kala di Aceh, hiduplah seorang pria bernama Aman Ane dan istrinya Inen Ane. Mereka berdua memiliki seorang putra bernama Ane.

Aman Ane merupakan orang yang agak dungu. Akibat kedunguannya banyak orang sering menertawakannya.

Suatu ketika, Aman Ane pergi ke sawah. Istrinya, Inen Ane, di rumah dan memasak untuk makan anaknya, si Ane.

Inen Ane memasak telur dedak yang bentuknya seperti kotoran manusia apabila sudah matang. Telur dedak tersebut diletakkan pada daun pisang.

Ketika hari sudah siang, Aman Ane pulang ke rumah karena sudah lapar. Begitu sampai ia melihat telur dedak.

Ia kemudian memakannya. Aman Ane kemudian bertanya kepada istrinya makanan apa yang dimasaknya.

Sang istri menjawab dengan becanda bahwa itu adalah kotoran anaknya, si Ane.

Keesokan harinya, gantian Inen Ane yang pergi ke sawah. Sementara Aman Ane di rumah bersama si Ane.

Ketika di rumah, Aman Ane bingung akan memasak apa. Ia kemudian teringat dengan masakan istrinya kemarin.

Ia kemudian memencet perut anaknya yang masih kecil hingga menjerit sakit dan keluar kotoran.

Mendengar si Ane menjerit, Inen Ane kemudian kembali ke rumah. Ia menanyakan kenapa si Ane menjerit.

Amen Ane menjelaskan bahwa ia akan memasak seperti yang Inen Ane masak kemarin.

Oleh karena itu, Aman Ane memncet perut si Ane hingga menjerit dan keluar kotorannya.

Mendengar hal tersebut, Inen Ane memarahi suaminya dengan perkataan yang kotor.

Beberapa hari kemudian, Inen Ane meminta suaminya, si Aman Ane untuk membeli garam di Bireun.

Aman Ane kemudian bergegas ke Bireun untuk membeli garam. Ketika ia sudah mendapatkannya, Aman Ane langsung bergegas pulang.

Di tengah perjalanan ia teringat si Inen Ane yang suka menaburi sayur dengan garam.

Aman Ane kemudian menaburkan garam tersebut pada rerumputan yang ia temui sepanjang jalan.

Hingga sampai di rumah, garam yang dibeli dari Bireun tersebut habis karena ditaburi pada rerumputan.

Hal tersebut membuat si Inen Ane kesal dan memarahi suaminya dengan perkataan yang kasar.

Ke rumah raksasa

Kedunguan si Aman Ane terus saja terjadi hingga sang anak, Ane, tumbuh dewasa.

Puncaknya suatu hari, karena sudah sangat kesal, Inen Ane dan Ane berencana akan meninggalkan Aman Ane.

Inen Ane kemudian mengemasi barang dan dimasukkan ke dalam karung yang berukuran besar.

Ketika Inen Ane lengah, Aman Ane kemudian masuk ke dalam karung tersebut.

Dalam perjalanan, Aman Ane ketahuan berada di dalam karung yang dibawa Inen Ane dan Ane.

Karena sangat kesal, Inen Ane dan Ane sudah pasrah. Mereka bertiga kemudian melanjutkan perjalanan.

Ketika di tengah perjalanan mereka melintasi sebuah rumah yang besar. Mereka bertiga yang lapar kemudian menyelinap masuk rumah tersebut.

Tak lama kemudian terdengar sang pemilik rumah datang. Mereka bertiga kemudian sembunyi di sebuah loteng.

Ternyata sang pemilik rumah adalah sepasang raksasa. Raksasa tersebut sedang makan.

Ketika bersembunyi, Aman Ane sangat lapar dan tidak bisa diatur. Karena kesal, si Inen Ane kemudian mendorong Aman Ane hingga terjatuh.

Aman Ane terjatuh di dalam piring raksasa tersebut. Ketika melihat yang jatuh adalah manusia, kedua raksasa tersebut takut dan melarikan diri.

Setelah itu Aman Ane, Inen Ane, dan si Ane yang lapar kemudian mengambil makanan yang ditinggalkan raksasa.

Raksasa tersebut kemudian datang kembali dengan membawa bantuan para hewan dari hutan.

Ketika sedang mengepung rumah, tiba-tiba ekor harimau dipotong oleh Aman Ane yang bersembunyi di dalam lesung penumbuk padi.

Harimau dan hewan lainnya kemudian takut dan melarikan diri. Kedua raksasa tersebut tak tertolong dan meninggalkan rumahnya.

Setelah itu, Aman Ane, Inen Ane dan si Ane menempati rumah tersebut hingga akhirnya hidup makmur dan kaya.

 

Referensi:

  • Ara, Lesek Keti. (1995). Ceriat Rakyat dari Aceh. Jakarta: Grasindo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com