Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngarot, Tradisi Sambut Musim Tanam dan Mencari Jodoh

Kompas.com - 17/07/2022, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Cara pelaksanaan Ngarot

Waktu dilaksanakan upacara Ngarot adalah pada hari Rabu antara Oktober dan Desember.

Hari Rabu dipilih karena dipercaya baik bagi petani untuk mengawali masa tanam, karena sifat bumi cocok ditanami pada hari ketiga.

Sedangkan waktu tradisi Ngarot yang pasti akan ditentukan oleh musyawarah antara pemangku adat dan tokoh masyarakat setempat.

Prosesi upacara Ngarot dilaksanakan di berbagai tempat, mulai dari rumah kuwu sebagai tempat pemberangkatan, dengan tujuan akhir balai desa.

Pada hari yang ditentukan, para gadis akan dirias wajah dan rambutnya sejak pagi.

Proses rias rambut dimulai dengan menyisir rambut dan diikat kuda, sebelum akhirnya ditata dengan sosog atau konde bambu yang telah dihias bunga kenanga hingga menutupi seluruh kepala.

Bunga kenanga adalah simbol kesegaran dan ketegaran hidup bagi masyarakat Lelea untuk menghormati adat leluhur serta menjaga kesucian diri hingga resmi menikah.

Baca juga: Tradisi Rebo Wekasan: Asal-usul, Tujuan, dan Ritualnya

Selesai dengan sosog kenanga, akan ditambahkan bunga lain seperti melati, mawae, dan kantil.

Namun, akibat perkembangan zaman, dalam tradisi Ngarot saat ini, bunga yang dipasang seringnya adalah bunga palsu.

Para perjaka juga berdandan dengan setelan pakaian longgar serba hitam dan ikat kepala.

Para gadis dan perjaka yang telah siap kemudian diarak dari rumah kepala desa dengan diiringi ranjidor.

Dalam perjalanan menuju balai desa, orang dewasa yang menonton arak-arakan biasanya memberi angpau para peserta.

Pada puncak acara di balai desa, mereka akan diberi wejangan terkait ilmu bercocok tanam.

Baca juga: Dugderan, Tradisi Sambut Ramadan di Semarang

Sang kuwu menyampaikan petuahnya lewat simbol-simbol Ngarot, di antaranya:

  • Benih, untuk ditanam demi hasil panen
  • Kendi, berisi air untuk menyirami tanaman
  • Cangkul, untuk mengolah sawah
  • Pupuk, untuk menyuburkan tanah
  • Bambu kuning, daun andong, dan daun pisang kering sebagai simbol penangkal hama.

Dalam pertemuan ini, para gadis dan perjaka bisa saling pandang dan jatuh cinta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com