Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harimau Nan Salapan, Puritan Pemimpin Kaum Padri

Kompas.com - 16/07/2022, 20:15 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

Setelah mengetahui ajaran apa yang disebarkan oleh Haji Miskin kepada rakyat di Minangkabau, Tuanku Nan Renceh juga ikut terpanggil untuk turut menyebarkannya.

Setelah itu, Tuanku Nan Renceh membentuk sebuah persekutuan untuk melawan kaum Adat.

Ia menarik tujuh ulama lainnya untuk bergabung bersama dengannya, yang kemudian disebut dengan Harimau Nan Salapan.

Sebelum bergerak, Harimau Nan Salapan lebih dulu bermusyawarah dengan guru mereka, yaitu Tuanku Kota Tua.

Tuanku Kota Tua menyetujui gerakan ini, tetapi ia menyarankan agar dilakukan dengan cara damai.

Baginya, melakukan pembaruan dengan cara yang keras tidak akan berhasil, justru hanya akan menimbulkan perlawanan yang keras pula.

Sayangnya, sikap lembut yang dimiliki Tuanku Kota Tua tidak sesuai dengan karakter Harimau Nan Salapan sehingga ia tidak dipilih untuk menjadi pemimpin dari kelompok ini.

Tuanku Mensiangan lah yang kemudian ditunjuk sebagai pemimpin Harimau Nan Salapan.

Di sisi lain, kaum Adat juga tidak tinggal diam. Mereka mengadakan sebuah pesta sabung ayam di Kampung Batipuh, Sungai Puar, dengan maksud menghina kaum Padri (kaum golongan Harimau Nan Salapan).

Akibatnya, terjadi pergolakan antara kaum Adat dengan kaum Padri yang dikenal dengan sebutan Perang Padri (1803-1838).

Awalnya, Perang Padri merupakan perang saudara antara kaum Adat dengan kaum Padri, namun pada akhirnya kedua golongan ini secara bersama-sama melawan Belanda.

Sayangnya, Perang Padri dimenangkan oleh pihak Belanda setelah mereka berhasil menangkap pimpinan Perang Padri, Tuanku Imam Bonjol, pada 1838.

Baca juga: Perang Padri, Perang Saudara yang Berubah Melawan Belanda

 

Referensi:

  • Setiawan, Irwan (2018). Tuanku Nan Renceh (1762-1832). Jurnal Diakronika Universitas Negeri Padang. 10 Juni 2020.
  • Notosusanto, Nugroho. (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Kemunculan Penjajahan di Indonesia, 1700-1900. Jakarta: Balai Pustaka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com