KOMPAS.com - Inong Balee adalah nama sebuah benteng yang dibangun pada 1599 oleh perempuan pejuang dari Aceh bernama Laksamana Malahayati.
Benteng Inong Balee berada di daerah Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Selain berfungsi sebagai benteng, tempat ini juga digunakan untuk akomodasi para janda yang suaminya tewas dalam pertempuran.
Nama Inong Balee sendiri berasal dari kata inong, yang berarti wanita, dan balee, yang artinya janda.
Benteng Inong Balee merupakan benteng perempuan pertama yang digunakan untuk melatih para janda menjadi prajurit tangguh.
Baca juga: Malahayati, Laksamana Laut Wanita Pertama Indonesia
Pembangunan Benteng Inong Balee dipelopori oleh seorang pejuang perempuan Aceh bernama Malahayati.
Malahayati adalah putri dari Sultan Salahuddin Syah, sultan Aceh kedua yang memerintah pada 1530-an.
Ketika Portugis sampai di Aceh, terjadi perlawanan dari rakyat pribumi yang berlangsung di Teluk Haru.
Saat suami Malahayati, yaitu Laksamana Zainal Abidin wafat, ia mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari para janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan.
Sultan Aceh pun mengabulkan permintaan itu. Malahayati kemudian membentuk laskar Inong Balee, yang terdiri dari janda perang.
Selain itu, dibangun pula sebuah benteng yang berfungsi untuk melatih para janda menjadi prajurit-prajurit tangguh. Benteng ini diberi nama Benteng Inong Balee.
Baca juga: Benteng Fort de Kock, Pertahanan Belanda Selama Perang Padri
Sejak saat itu, Malahayati bersama 2.000 pasukan Inong Balee kerap terjun ke dalam medan perang melawan bangsa penjajah.
Selain memiliki benteng, para Inong Balee juga memiliki pangkalan militer yang berlokasi di Teluk Lamreh, Krueng Raya, Aceh.
Pada masa penjajahan, lokasi Benteng Inong Balee sangat strategis bagi pertahanan militer Aceh dari ancaman musuh dari arah Selat Malaka.
Benteng ini pernah menjadi saksi ketika Laksamana Malahayati mengalahkan pimpinan armada laut Hindia-Belanda, Cornelis de Houtman.