Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kyai Mursalin, Ulama dan Legenda Silat dari Pulau Panggang

Kompas.com - 06/07/2022, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Kyai Mursalin pun mewarisi ilmu pencak silat dari ayahnya, yang kemudian berkembang menjadi pukulan Nek Aing.

Baca juga: Biografi Guru Amin, Ulama dan Pejuang dari Kalibata

Selain dari sang ayah, Kyai Mursalin juga mengembangkan ilmu bela dirinya dengan berguru dari para pendekar Parung Sapi, Bogor, Banten, Betawi, Bugis, dan Mandar, yang ia jumpai di Kepulauan Seribu.

Tidak disangka, penduduk Panggang banyak yang antusias untuk mempelajari ilmu pencak silat yang dikuasainya.

Oleh karena itu, tercetus ide di benak Kyai Mursalin untuk menjadikan ilmu bela diri sebagai wadah untuk menyebarkan ajaran agama Islam.

Bagi siapa pun yang ingin belajar silat Nek Aing, diharuskan memahami lebih dulu ilmu agama Islam, misalnya belajar tentang Asmaul Husna.

Selain itu, muridnya juga diminta mengaji terlebih dulu di mushala dan barulah selepas salat Isya akan turun ke halaman untuk berlatih pukulan.

Baca juga: Sejarah dan Penyebaran Pencak Silat di Indonesia

Jurus pukulan Nek Aing

Gaya silat yang diajarkan oleh Kyai Mursalin berbeda dari ilmu bela diri pada umumnya yang didominasi oleh gerakan fisik.

Gerakan Kyai Mursalin lebih menekankan pada ilmu kebatinan Islam. Untuk melumpuhkan musuh, metode utama yang digunakan adalah ilmu tenaga dalam atau kracht.

Ada 99 jurus dari pukulan Nek Aing, yang nama-namanya diambil dari Asmaul Husna.

Salah satu ciri khas dari pukulan Nek Aing adalah jeblag, yaitu mendorong satu atau kedua tangan yang disertai dengan pengelolaan napas perut sambil melafalkan nama Allah menggunakan kuda-kuda tegak berdiri yang disebut Alif Amantubillah.

Sayangnya, saat ini ilmu pencak silat Nek Aing sudah tidak terlalu dilestarikan di Pulau Panggang.

Murid-murid yang dulu sempat belajar langsung dengan Kyai Mursalin juga sudah banyak yang meninggal.

Sebagai langkah agar jasa Kyai Mursalin selalu diingat masyarakat, namanya diabadikan sebagai nama jalan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

 

Referensi:

  • Nawi, G.J. (2016). Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com