KOMPAS.com - Mesopotamia adalah wilayah yang terletak di antara Sungai Eufrat dan Sungai Tigris, yang sekarang termasuk sebagai Republik Irak.
Mesopotamia dikenal sebagai wilayah yang sangat subur, sehingga menjadi faktor pendukung bagi tumbuhnya peradaban bangsa-bangsa yang ada di sana.
Bahkan, berkat peradaban kuno yang tumbuh di Mesopotamia, membuatnya disebut-sebut sebagai The Cradle of Civilization atau asal-muasal peradaban.
Lantas, mengapa Mesopotamia sering disebut sebagai The Cradle of Civilization?
Baca juga: Mengapa Mesopotamia Diperebutkan Bangsa-Bangsa di Sekitarnya?
Bangsa pertama yang mengembangkan peradaban di Mesopotamia adalah bangsa Sumeria, yang mendiami wilayah tersebut sejak sekitar 3500 SM.
Bangsa Sumeria mengandalkan pertanian dalam bertahan hidup, yang didukung oleh kondisi tanah di Mesopotamia yang sangat subur karena diapit dua sungai.
Alhasil, pertanian di sana pun berkembang secara intensif dan membuat penduduknya sejahtera.
Dalam kegiatan bercocok tanam, penduduk berhasil membudidayakan beragam jenis tumbuhan dan hewan, maka stok pangan di Mesopotamia juga lebih dari cukup.
Perkembangan pertanian di Mesopotamia kala itu juga didukung oleh sistem pengairan yang maju.
Pada masanya, bangsa Sumeria telah mampu menanggulangi banjir yang datang dari Sungai Eufrat dan Tigris dengan membuat sistem pengairan yang baik.
Mereka membangun bendungan atau waduk untuk menyimpan air yang turun saat musim hujan dan menyalurkannya pada tanah pertanian.
Baca juga: Pengaruh Peradaban Mesopotamia: Penemuan dan Hasil Kebudayaan
Bangsa yang datang dan pernah mendiami Mesopotamia berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Kondisi ini kemudian mendorong kota-kota di Mesopotamia mengembangkan sistem kenegaraan seperti pemerintahan dan aturan hukum.
Dulu, wilayah Mesopotamia masih berupa rawa-rawa, yang perlahan dikeringkan dan dijadikan pemukiman oleh bangsa Sumeria.
Seiring berjalannya waktu dan pergantian bangsa yang menempatinya, Mesopotamia pun berkembang menjadi lebih maju.