Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Walkman, Alat Pemutar Musik Legendaris dari Jepang

Kompas.com - 09/06/2022, 14:00 WIB
Gibran Aulia Muhammad,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Di saat yang sama, para staf dan anak muda yang disewa Sony melakukan demonstrasi produk, seperti menggunakan Walkman sambil berjalan, bersepeda, dan bermain skateboard.

Baca juga: Sejarah Bus Tingkat di London

Para jurnalis pun terkesan dengan Walkman dan cara kerjanya, yang memungkinkan pengguna mendengarkan musik favorit mereka sambil tetap beraktivitas.

Dampaknya, pada 1980-an sampai awal 1990-an, Walkman digemari oleh setiap orang di dunia, terutama anak muda.

Tidak hanya menjadi alat pemutar musik, Walkman menjelma menjadi gaya hidup baru, yang mampu terjual hingga ratusan juta unit di seluruh dunia.

Akhir kejayaan Walkman

Tahun 1986, menjadi awal penurunan popularitas Walkman. Salah satu penyebabnya adalah Sony yang merilis Discman, alat pemutar CD sekaligus upgrade dari Walkman itu sendiri.

Namun, Walkman tidak dilupakan begitu saja. Banyak orang masih menyimpan Walkman karena beberapa lagu belum tersedia dalam bentuk CD.

Lekatnya Walkman dengan para pengguna disadari oleh Sony, yang pada tahun 2000 membuat logo khusus untuk Walkman, dan menyebut produk pemutar CD mereka dengan "CD Walkman".

Baca juga: Antonio Meucci, Penemu Telepon Sebenarnya

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan Walkman tetap semakin sedikit, ditambah lagi dengan kehadiran Ipod yang diusung oleh kompetitor Sony, Apple.

Pada 2009, Sony merilis Walkman layar sentuh untuk pertama kali, tetapi tidak terlalu meledak, karena ketika itu sudah beredar banyak alat pemutar musik dari berbagai merek dengan beragam kelebihan.

Kini, di mana musik didengarkan secara digital, populeritas Walkman tentu semakin meredup.

Namun, Walkman tetap memiliki daya tarik tersendiri sebagai pemutar musik legendaris pada zamannya, yang kemudian mendorong beberapa kalangan untuk mengoleksinya.

Selain bentuknya yang unik, Walkman dinilai memiliki nilai sejarah yang panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com