Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tunggul Ametung, Korban Pertama Keris Mpu Gandring

Kompas.com - 02/03/2022, 15:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tunggul Ametung adalah seorang akuwu (camat) di wilayah Tumapel, yang berada di wilayah Singasari, Malang, pada sekitar awal abad ke-13.

Tumapel merupakan wilayah bawahan Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Raja Kertajaya (1185-1222).

Tunggul Ametung dikenal memiliki istri cantik bernama Ken Dedes. Namun, karena itu pula, ia akhirnya meninggal di tangan Ken Arok, yang nantinya mendirikan Kerajaan Singasari.

Tunggul Ametung dibunuh menggunakan Keris Mpu Gandring, pusaka terkenal yang telah menghabisi nyawa tujuh tokoh Kerajaan Singasari, termasuk Ken Arok.

Baca juga: Ken Arok: Asal-usul, Pengkhianatan, dan Akhir Hidup

Menjadi Akuwu

Asal-usul Tunggul Ametung kurang diketahui. Pasalnya, namanya hanya dijumpai dalam naskah Pararaton, yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit.

Tunggul Ametung dikisahkan berasal dari golongan sudra dalam agama Hindu, yang ketika menjabat sebagai akuwu atau camat wilayah Tumapel, memiliki berbagai masalah.

Tunggul Ametung dikenal sebagai akuwu yang membebani rakyatnya dengan pajak yang sangat tinggi.

Beban pajak tersebut merupakan tekanan dari Kediri yang menuntut Tumapel memberi upeti dalam jumlah besar.

Akibatnya, teror perampokan menghantui jalannya pemerintahan Tunggul Ametung, yang menargetkan orang-orang kaya yang rakus.

Selain itu, teror perampokan juga menyasar pengiriman upeti dari Tumapel ke Kediri.

Teror perampokan ini ternyata dilakukan oleh Ken Arok, yang dibantu dengan pengikutnya yang banyak.

Baca juga: Perang Ganter, Perlawanan Ken Arok untuk Meruntuhkan Kerajaan Kediri

Mengetahui hal itu, Raja Kertajaya dari Kediri menugaskan Tunggul Ametung untuk menangkap Ken Arok.

Namun, karena berbagai usaha yang dilakukan Tunggul Ametung selalu gagal, Raja Kertajaya mengancam akan mendepaknya dari jabatan sebagai akuwu Tumapel.

Menculik Ken Dedes

Permasalahan yang ditanggung oleh Tunggul Ametung membuatnya berada dalam posisi sulit.

Suatu ketika, seorang Brahmana atau Resi Tumapel memberikan kunci kesuksesan kepadanya.

Resi tersebut menceritakan bahwa Mpu Parwa memiliki anak gadis yang sangat cantik dan memiliki aura kewanitaan yang memancarkan cahaya.

Dijelaskan pula bahwa siapa pun yang bisa menjadikannya sebagai istri, maka semua ambisi akan mudah tercapai.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Singasari

Mendengar cerita tersebut, Tunggul Ametung tergugah untuk memperbaiki nasibnya. Ia bahkan berambisi menghabisi Raja Kertajaya dan menguasai seluruh wilayah Kerajaan Kediri.

Tunggul Ametung kemudian pergi berburu dan singgah ke Desa Paniwijen, desa yang disucikan sebagai tempat belajar agama Hindu dan ditinggali Mpu Parwa bersama anak gadisnya, Ken Dedes.

Begitu bertemu dengan Ken Dedes, Tunggul Ametung sangat kagum akan kecantikannya.

Diriwayatkan bahwa Tunggul Ametung kemudian menculik Ken Dedes dari Mpu Parwa untuk dijadikan permaisuri di Tumapel.

Ketika Mpu Parwa mendengar bahwa putrinya diculik oleh Tunggul Ametung, ia mengeluarkan kutukan bahwa siapa pun yang menculik putrinya akan mati karena tikaman keris.

Baca juga: Karya Sastra Peninggalan Kerajaan Kediri

Mengangkat Ken Arok sebagai prajurit

Ken Arok, yang menjadi dalang perampokan orang kaya dan upeti untuk Kediri, ternyata memiliki guru seorang resi yang sangat terkenal dan dihormati di seluruh Jawa, yaitu Resi Lohgawe.

Resi Lohgawe, yang memiliki keyakinan bahwa Ken Arok akan menjadi orang besar dan bahkan pemimpin di wilayah Kediri, menyuruhnya untuk mengabdi kepada Tunggul Ametung.

Ken Arok kemudian diantar oleh Resi Lohgawe menghadap dan mengabdi kepada Tunggul Ametung.

Dengan berat hati, Tunggul Ametung menerima Ken Arok bersama pengikutnya menjadi prajurit di Tumapel.

Ken Arok kemudian diberi tugas sebagai tentara penjaga perbatasan dengan Kediri, yang sedang berada dalam situasi memanas.

Karena kemampuannya, Ken Arok kemudian diangkat menjadi pengawal Tunggul Ametung.

Baca juga: Kertanegara, Pembawa Kejayaan dan Raja Terakhir Kerajaan Singasari

Menjadi korban pertama Keris Mpu Gandring

Saat bekerja menjadi pengawal Tunggul Ametung, Ken Arok tertarik kepada Ken Dedes.

Keinginan Ken Arok untuk memiliki istri Tunggul Ametung semakin kuat, saat Lohgawe meramal kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa.

Untuk menyingkirkan Tunggul Ametung, Ken Arok kemudian memesan keris kepada seorang pandai besi terkenal bernama Mpu Gandring.

Mpu Gandring menyanggupi akan menyelesaikan pesanan keris tersebut dalam waktu dua tahun.

Namun, selang beberapa bulan, Ken Arok sudah tidak sabar dan nekat mengambil paksa keris yang belum sempurna dan menusukkannya ke dada Mpu Gandring hingga tewas.

Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengutuk kalau keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang raja, termasuk Ken Arok dan anak cucunya.

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Singasari

Setelah kembali ke Tumapel, Ken Arok sengaja meminjamkan kerisnya kepada rekannya yang bernama Kebo Hijo.

Malam berikutnya, Ken Arok mengambil keris dari Kebo Hijo dan menyusup ke kamar Tunggul Ametung lalu membunuhnya.

Keesokan harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena keris yang diduga miliknya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.

Meski Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya, ia luluh oleh rayuan Ken Arok.

Setelah itu, Ken Arok menyatakan dirinya sebagai akuwu baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes.

Saat dinikahi Ken Arok, Ken Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung yang kemudian diberi nama Anusapati.

Anusapati inilah yang nantinya membalas kematian ayahnya dengan membunuh Ken Arok menggunakan Keris Mpu Gandring juga.

 

Referensi:

  • Kamandoko, Gamal. (2015). Ken Arok dan Ken Dedes: Pertumpahan Darah Menuju Singgasana. Yogyakarta: Narasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com