Seni grafis mengalami perkembangan luar biasa pada masa awal kemerdekaan, di mana kemerdekaan Indonesia mampu dipublikasikan hingga ke luar negeri melalui karya seni grafis.
Kendati demikian, para seniman sempat mengalami kendala karena keterbatasan alat cetak.
Ada beberapa tokoh penting dalam seni grafis di Indonesia, seperti Suromo dan Abdul Salam dari Yogyakartka, Baharudin Marasutan dari Jakarta, dan Mochtar Apin dari Bandung.
Baca juga: S Sudjojono, Bapak Seni Rupa Modern Indonesia
Pada awal kemunculannya, seni grafis di Indonesia dianggap sebagai seni yang hanya mendampingi seni lainnya, seperti seni lukis dan patung.
Baru sekitar tahun 1970 dan 1980-an, seni grafis memiliki panggungnya sendiri dan tidak dianggap lagi sebagai seni pendamping.
Seni grafis memiliki panggungnya sendiri setelah muncul beberapa pameran seni grafis yang diadakan di Surabaya, Bandung, dan Jakarta.
Mulai saat itu, muncul beberapa kelompok seniman yang berkonsentrasi pada seni grafis, salah satunya adalah Decenta pada 1973.
Kelompok seni Decenta didirikan oleh Adrian Palar, G. Sidharta, dan A.D. Pirous, setelah mereka mendapatkan proyek penggarapan elemen estetik Gedung Convention Hall pada 1973 di Jakarta.
Kemudian pada 1990-an, terjadi fenomena yang mengubah seni grafis di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh aliran seni post-modern yang populer di dunia, di mana sebagian seniman beranggapan bahwa penciptaan karya seni tidak lagi dibatasi oleh konvensinya.
Baca juga: Perkembangan Sejarah Seni di Indonesia
Lebih jauh lagi, media seni grafis pun kian berkembang didukung oleh perkembangan teknologi yang kian pesat juga.
Teknologi-teknologi grafis mutakhir seperti c-print dan digital print, semakin banyak digunakan.
Kendati demikian, banyak juga yang menyuarakan bahwa seni grafis konvensional lebih bernilai daripada seni grafis dengan media cetak mutakhir.
Seni grafis cetak tinggi adalah teknik cetak dengan klise yang permukaannya tinggi rendah.
Bagian permukaan yang tinggi adalah tempat melekatnya pigmen warna yang menjadi hasilnya.
Cetak tinggi membuat cetakan seperti stempel atau relief dengan cara mencukil bahan sesuai dengan keinginan.