Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latar Belakang Jepang Menjadi Negara Imperialis

Kompas.com - 25/01/2022, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Imperialisme adalah suatu paham yang menjadi dasar suatu negara untuk menguasai negara lain dengan membentuk pemerintahan jajahan.

Tujuannya adalah untuk bisa menguasai segala aspek kehidupan masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, serta militer.

Paham ini pernah diterapkan oleh berbagai negara, salah satunya Jepang, pada awal abad ke-20.

Lalu, apa latar belakang Jepang menjadi negara imperialis?

Baca juga: Restorasi Meiji: Tokoh, Penyebab, dan Dampak

Adanya Restorasi Meiji

Kemunculan Jepang menjadi negara imperialis tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Restorasi Meiji pada 1866-1869.

Jepang merupakan negara kekaisaran yang seharusnya kekuasaan tertinggi berada di tangan kaisar.

Namun, sejak abad ke-12, pemerintahan Jepang dijalankan oleh shogun atau panglima militer, sementara kaisar hanya semacam simbol.

Selama pemerintahan keshogunan berkuasa, banyak terjadi ketidakpuasan dari rakyat yang kemudian menuntut pemulihan peran kaisar.

Kondisi ekonomi Jepang yang carut marut mengakibatkan munculnya berbagai kelompok anti-shogun di Jepang.

Dalam perkembangannya, kelompok anti-shogun mulai menjalin hubungan dengan Inggris dan Amerika, supaya bersedia membantu mereka untuk menggulingkan kekuasaan keshogunan.

Upaya pemulihan kekuasaan kaisar ini akhirnya dapat terwujud ketika Kaisar Matsuhito atau dikenal sebagai Kaisar Meiji, naik takhta.

Pada akhir abad ke-19, Kaisar Meiji berhasil menggulingkan kekuasaan keshogunan dan berupaya memodernisasi Jepang melalui peristiwa Restorasi Meiji.

Setelah restorasi, Jepang, yang tadinya menutup diri dari negara asing, menjadi terbuka terhadap kehadiran asing.

Baca juga: Sejarah Shogun Jepang

Industri Jepang berkembang pesat

Restorasi Meiji menjadi titik balik, di mana Jepang segera tumbuh dan berkembang menjadi negara yang maju dan kuat.

Kaisar Meiji mereformasi Jepang secara mendasar dan menekankan pada pembaharuan kehidupan manusia melalui pembangunan industri serta teknologi.

Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Jepang dari negara-negara Barat sekaligus menaikkan posisinya di mata internasional.

Dalam waktu relatif singkat, Jepang tumbuh menjadi sebuah negara industri yang maju. Alhasil, Jepang membutuhkan bahan baku dan tempat pemasaran.

Oleh karena itu, maka dicarilah daerah baru untuk keperluan industrinya dan Jepang pun terjun ke dalam praktik imperialisme.

Terlebih lagi, Jepang sangat bergantung pada bahan makanan yang harus dibeli dari luar negeri.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan itu, maka Jepang harus bisa menguasai lebih banyak lagi tanah jajahan di Asia Timur.

Oleh karena itu, satu tokoh yang menyebabkan Jepang menjadi negara imperialis adalah Kaisar Meiji atau Matsuhito.

Baca juga: Misi Iwakura, Upaya Modernisasi Jepang

Semboyan Hakko Ichiu

Hakko Ichiu berarti Delapan Penjuru Dunia Di Bawah Satu Atap. Satu atap yang dimaksud adalah di bawah Kekaisaran Jepang.

Ketika paham fasisme dan ultranasionalisme mulai merebak di kalangan militer dan politisi Jepang pada 1920-an, mereka percaya bahwa ras mereka jauh lebih mulia dibanding yang lainnya.

Oleh sebab itu, mereka merasa berhak meluaskan kekuasaan Jepang ke negara lain.

Paham inilah yang kemudian disebut dengan Hakko Ichiu, yang digunakan Jepang untuk menguasai negara lain, termasuk Indonesia.

Berbekal semboyan Hakko Ichiu, Jepang semakin terdorong untuk melakukan ekspansi.

Terlebih lagi, angkatan bersenjatanya pun kuat dan banyak, sehingga Jepang semakin percaya diri untuk melakukan ekspansi ke negara lain.

Sejak saat itu, Jepang berhasil mengikuti jejak Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia, sebagai negara imperialis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com