Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HAS Hanandjoeddin: Kehidupan dan Perjuangannya

Kompas.com - 10/01/2022, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

HAS Hanandjoeddin pun mengikuti sekolah tersebut dan lulus dengan pangkat Letnan Satu TKR Angkatan Darat.

Dengan pangkat barunya, HAS Hanandjoeddin ditugaskan sebagai Komandan Pertahanan Teknik Udara Pangkalan Bugis, pada Januari 1946.

Sebagai komandan, HAS Hanandjoeddin telah menyumbangkan beberapa keberhasilan, seperti memperbaiki pesawat pengebom Shoki (Ki-48) dan memberikan pesawat Cukiu kepada Sekolah Penerbangan Darurat Yogyakarta.

Setelah itu, pada 9 April 1946, HAS Hanandjoeddin diberi pangkat Opsir Muda III (Letnan Muda Udara) oleh Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.

Baca juga: Serangan Udara Pertama TNI AU ke Markas Belanda

Peran dalam Agresi Militer Belanda

Ketika meletus Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, HAS Hanandjoeddin dan anggota teknik lainnya berhasil menyelamatkan 15 pesawat terbang yang ada di Pangkalan Udara Bugis.

HAS Hanandjoeddin kemudian dipercaya untuk menjadi Komandan Pertempuran Sektor I STC III Front Malang Timur dan Komandan Pertempuran Sektor II.

Selama Agresi Militer Belanda I berlangsung, HAS Hanandjoeddin terus memperjuangkan Indonesia bersama dengan anak buahnya.

Sampai akhirnya, pada 17 Januari 1948, Perjanjian Renville ditandatangani. Sayangnya, dampak dari perjanjian ini adalah ditarik mundurnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Jawa Barat dan Jawa Timur.

Akibatnya, HAS Hanandjoeddin harus pindah dari Malang Timur ke Tulung Agung, di mana ia ditugaskan sebagai Komandan Detasemen Pertahanan Udara Prigi.

Saat sedang mengampu jabatan tersebut, HAS Hanandjoeddin kembali terjun ke medan pertempuran, ketika Agresi Militer Belanda II berlangsung pada 19 Desember 1948.

Sebagai komandan, HAS Hanandjoeddin memimpin pasukannya di Sektor Watulimo.

Baca juga: Kronologi Agresi Militer Belanda II

Untuk meghadapi serangan Belanda, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintah seluruh Angkatan Perang RI untuk melakukan perang gerilya.

HAS Hanandjoeddin dipercaya menjadi Komandan Onder Distrik Militer Pakel hingga Agresi Militer Belanda II berakhir pada 20 Desember 1948.

Setelah dilangsungkan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949, Pangkalan Udara Bugis Malang diserahkan dari Belanda kepada Angkatan Udara RI (AURI).

Setelah itu, HAS Hanandjoeddin pun kembali ke Malang dan menjabat sebagai Kepala Jawatan Teknik Udara Pangkalan Udara Bugis.

Wafat

Ketika peperangan melawan bangsa penjajah usai, HAS Hanandjoeddin sempat menjabat sebagai Bupati Belitung sejak 1967 hingga 1972.

HAS Hanandjoeddin kemudian meninggal pada 5 Februari 1995 dan disemayamkan di kota kelahirannya.

Untuk mengenang jasanya, namanya kemudian diabadikan menjadi nama Bandar Udara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan.

 

Referensi:

  • Andersen, Haril M. (2015). Sang Elang: Serangkai Kisah Perjuangan HAS Hanandjoeddin di Kancah Revolusi Kemerdekaan RI. Bangka Belitung: Tanjungpandan Yayasan Melati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com