Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waisak: Sejarah dan Perayaannya

Kompas.com - 13/12/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Waisak merupakan hari suci agama Buddha yang dirayakan setiap bulan Mei, tepatnya pada waktu terang bulan atau purnama sidhi.

Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka.

Konon, nama Waisak berasal dari bahasa Sansekerta, Vesakha, yang merupakan nama bulan dalam kalender India Kuno.

Baca juga: Ruwatan, Tradisi Jawa Pembuang Sial

Sejarah Waisak

Peristiwa kelahiran, penerangan agung, dan kematian Sidharta Gautama terjadi pada tanggal yang sama, yakni bulan purnama di bulan Mei. Ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Buddha sebagai hari raya Waisak.

Oleh umat Buddha, tiga peristiwa penting tersebut yang dinamakan Trisuci Waisak.

Siddharta Gautama adalah guru spiritual dari wilayah timur laut India yang merupakan pendiri agama Buddha.

Dalam keyakinan umat Buddha, Pangeran Siddharta lahir ke dunia sebagai seorang Bodhisatva (calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi).

Kelahiran Siddharta Gautama

Siddharta Gautama dilahirkan pada 623 SM di Taman Lumbini. Pada saat itu, Siddharta lahir dalam kondisi bersih tanpa noda, berdiri tegak, dan langsung dapat berjalan.

Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala, diramalkan bahwa kelak Siddharta akan menjadi seorang Chakrawatin (Maharaja Dunia).

Baca juga: Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara

Penerangan Agung

Pada usia 35 tahun, Pangeran Siddharta Gautama mendapat Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Bodh Gaya.

Setelah mencapai Penerangan Agung, Buddha Gautama berkelana untuk menyebarkan Dharma (kebenaran) selama 45 tahun.

Kematian Siddharta Gautama

Buddha Gautama wafat pada 543 SM di usia 80 tahun. Sebagai bentuk penghormatan terakhir, para pengikutnya melakukan sujud kepada Sang Buddha.

Keputusan resmi untuk merayakan Trisuci Waisak dinyatakan pertama kali dalam Konferensi Persaudaraan Buddha Sedunia di Sri Lanka pada 1950.

Dalam konferensi itu, ditetapkan perayaan Waisak pada purnama pertama di bulan Mei dan terus diperingati setiap tahunnya pada bulan yang sama.

Baca juga: Daftar Kitab Peninggalan Kerajaan Hindu-Buddha

Perayaan Waisak

Perayaan Waisak biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan, di mana umat Buddha di seluruh dunia akan melakukan beragam ritual dan tradisi unik.

Di Indonesia, konon Hari Raya Waisak sudah dirayakan di Candi Borobudur sejak tahun 1929.

Perayaan dimulai oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda, di mana salah seorang anggotanya merupakan campuran orang Eropa dan Jawa Ningrat.

Namun, perayaan Waisak di Borobudur sempat terhenti ketika Perang Revolusi terjadi dan dilakukan pemugaran candi pada 1973.

Selama masa pemugaran, perayaan Waisak dipindahkan ke Candi Mendut.

Bhiku melakukan ritual pradaksina, memutari candi sebanyak tiga kali searah jarum jam saat perayaan Tri Suci Waisak 2565 BE di Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (26/5/2021). Perayaan Tri Hari Suci Waisak tersebut digelar secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Bhiku melakukan ritual pradaksina, memutari candi sebanyak tiga kali searah jarum jam saat perayaan Tri Suci Waisak 2565 BE di Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (26/5/2021). Perayaan Tri Hari Suci Waisak tersebut digelar secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Berikut ini upacara pokok dari perayaan Waisak di Borobudur.

  1. Pengambilan air berkat dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
  2. Ritual "Pindapatta", suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu/biksu oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan.
  3. Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.

Baca juga: Agama Apa yang Pertama Kali Ada di Dunia?

Selain tiga upacara itu, dilakukan juga Pradaksina, yakni kegiatan penghormatan dengan mengelilingi sebuah objek pemujaan seperti stupa, pohon Bodhi, atau Pratima Buddha sebanyak tiga kali.

Kemudian dilanjutkan dengan acara pawai dan kesenian. Selain itu, ada beberapa tradisi unik juga yang dilakukan umat Buddha ketika sedang merayakan Waisak, salah satunya menyalakan lampu minyak dan lilin berbentuk bunga lotus atau seroja.

Tujuannya adalah untuk mengusir kegelapan dan bermakna sebagai penerangan hidup manusia. Selain itu, bunga lotus juga melambangkan keindahan.

 

Referensi: 

  • Pusat Data dan Analisa Tempo. (2020). Candi Borobudur dan Keagunan Perayaan Waisak. Jakarta: Tempo Publishing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com