Akan tetapi, karena kesepakatan gagal dicapai, peperangan pun tidak dapat dielakkan. Pertempuran berlangsung pada 8 Desember 656 M dari siang hingga malam hari.
Peperangan yang dimenangkan oleh Ali bin Abi Thalib ini kemudian dikenal sebagai Perang Jamal atau Perang Unta.
Pasalnya, ketika perang berkecamuk, Aisyah menunggangi seekor unta. Aisyah kemudian dikirim ke Madinah tanpa dilukai sedikitpun.
Setelah Perang Jamal berakhir, Ali bin Abi Thalib memindahkan ibu kotanya ke Kufah di Irak.
Setelah kalah dalam Perang Jamal, koalisi di pihak oposisi terpecah. Akan tetapi, Muawiyah I belum mau menyerah dan menggunakan insiden kematian Utsman untuk mendapatkan banyak pengikut.
Pada 657 M, Ali bin Abi Thalib menuju Suriah untuk menghadapi Muawiyah I, di mana kedua pihak kemudian beradu senjata di Shiffin.
Setelah terlibat perang selama berhari-hari, pihak Muawiyah menyarankan untuk melakukan arbitrasi.
Pihak Khulafaur Rasyidin mengirim Abu Musa al-Asy'ari sebagai perwakilan, sementara Amr mewakili pihak Muawiyah I.
Hasilnya, pembunuhan Utsman dinyatakan tidak adil dan Amr menipu Musa untuk mendepak Ali bin Abi Thalib dari kekhalifahan.
Banyak dari pihak Ali bin Abi Thalib yang kecewa dan berselisih karena merasa upaya mereka selama ini sia-sia.
Akhirnya, muncul kelompok baru yang radikal dan dikenal sebagai Khawarij. Kelompok ini memusuhi Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah I.
Baca juga: Pertempuran Karbala, Awal Mula Perpecahan Islam Sunni dan Syiah
Meski tetap memusuhi Ali bin Abi Thalib, Muawiyah I, yang mendirikan Dinasti Umayyah, lebih berfokus untuk melakukan ekspansi.
Sedangkan pihak Khawarij memerangi pasukan Khulafaur Rasyidin dalam Pertempuran Nahrawan pada 659 M.
Setelah itu, kelompok Khawarij memilih menggunakan taktik bawah tanah untuk memperjuangkan apa yang mereka yakini.
Karena tidak mampu menyingkirkan Ali bin Abi Thalib di medan perang, Khawarij mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi musuhnya itu.
Sebenarnya, Muawiyah I dan Amr juga menjadi sasaran, tetapi hanya Ali yang berhasil dibunuh ketika shalat subuh
Setelah kematian Ali bin Abi Talib, kekuasaan kekhalifahan diberikan kepada putra tertuanya, Hasan bin Ali.
Namun, Hasan hanya memerintah selama beberapa bulan dan memilih melakukan perjanjian perdamaian dengan Muawiyah I pada 661 M.
Setelah itu, kekhalifahan diserahkan kepada Muawiyah I, sekaligus menandai dimulainya masa kekuasaan Bani Umayyah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.