Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Sejarah Secara Sinkronik dan Diakronik

Kompas.com - 04/11/2021, 13:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam mempelajari ilmu sejarah, kita tidak hanya menggali informasi persitiwa masa lalu.

Lebih dari itu, proses peristiwa sejarah harus direkonstruksi secara obyektif.

Oleh karena itu, dalam mengungkapkan peristiwa sejarah dibutuhkan kemampuan berpikir secara diakronik dan sinkronik.

Dengan konsep itu kita akan mampu mempelajari suatu peristiwa sejarah dari segala aspek serta mengetahui bagaimana kronologisnya. 

Baca juga: Memikat Generasi Muda Belajar Sejarah untuk Mencintai Indonesia

Diakronik

Secara bahasa, diakronik berasal dari bahasa latin, dia yang memiliki arti melalui atau melampaui. Sedangkan chronicus berarti waktu.

Diakronik maksudnya adalah memanjang dalam waktu dan menyempit dalam ruang. Berpikir secara diakronik juga disebut dengan berpikir secara kronologis atau berurutan.

Kronologis adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu atau urutan kejadiannya.

Untuk menganalisa suatu peristiwa, banyak sejarawan yang menggunakan pendekatan diakronik.

Contohnya adalah peristiwa perang Diponegoro pada 1825-1830.

Dalam catatan sejarah, Perang Diponegoro disebabkan oleh beberapa faktor. Awalnya, Belanda mengintervensi urusan keraton Yogyakarta.

Kemudian Belanda juga membebani rakyat dengan pajak. Puncaknya, pembangunan jalan yang sengaja melewati tanah leluhur Diponegoro di Tegalrejo.

Hal itu membuat Diponegoro akhirnya menyatakan perang yang meletus pada 20 Juli 1825.

Perang berakhir pada 18 Maret 1830 dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Jenderal De Kock di Magelang.

Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Makassar hingga meninggal pada awal tahun 1855.

Adapun ciri-ciri dari konsep diakronik adalah:

  • Kronologis
  • Menekankan pada proses
  • Memiliki konsep perbandingan
  • Cakupan pembahasan luas

Baca juga: Sejarah Perubahan Nama Irian Jaya menjadi Papua

Sinkronik

Sedangkan sinkronik berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan dan Khronos yang memiliki arti waktu atau masa.

Secara makna, sinkronik berarti meluas dalam ruang dan menyempit dalam waktu. 

Pembahasan sejarah secara sinkronik akan menjelaskan bagaimana berbagai aspek itu mempengaruhi terjadinya suatu peristiwa sejarah dalam titik waktu tertentu.

Baca juga: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Pemuda, Sejarah Revolusi yang Istimewa di Dunia

Contohnya adalah penyerbuan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya oleh Belanda di Tegalrejo pada 20 Juli 1825.  

Jika dikaji dengan pendekatan sinkronik, Perang Diponegoro dilihat pada saat dimulainya perang tersebut pada 20 Juli 1825.

Perang tersebut bermula dengan digantinya patok pada proyek pembangunan jalan Magelang-Yogyakarta oleh Belanda dengan tombak.

Hal itu memicu pasukan Belanda menyerbu Tegalrejo untuk menangkap Diponegoro.

Selama perang terjadi Pangeran Diponegoro membuat beberapa strategi, seperti mencegah bantuan Belanda dari luar, menghimpun dukungan dari bupati, ulama dan bangsawan, serta membagi wilayah pertahanan.

Sementara itu, pihak Belanda yang dipimpin oleh Jenderal De Kock menggunakan strategi Benteng Stelsel. Strategi ini mampu mendesak Diponegoro dan mampu menangkap para pembantu Diponegoro.

Pangeran Diponegoro berhasil lolos dan Belanda membakar Tegalrejo.

Pangeran Diponegoro berhasil menyngkir ke Desa Selarong dan menyusun strategi perang di sana.

Sinkronik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Mempelajari peristiwa sejarah di masa tertentu
  • Kajian lebih sempit dan sistematis
  • Tidak ada konsep perbandingan
  • Kajian mendalam

Dengan menggunakan konsep diakronik dan sinkronik penguraian peristiwa sejarah akan lebih mendalam dan detail.

Sehingga dalam intrepretasinya akan tepat dalam merekonstruksi fakta sejarah.

 

Referensi:

  • Iryana, Wahyu. 2014. Historiografi Barat. Bandung: Humaniora
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com