KOMPAS.com - Perguruan tinggi zaman Hindia Belanda di Indoneisa bermula sejak pemerintah Hindia Belanda menerapkan Politik Etis tahun 1900-an.
Salah satu program yang difokuskan dalam Politik Etis adalah pendidikan.
Program ini yang kemudian mendorong berdirinya sekolah-sekolah, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Perguruan tinggi zaman Belanda adalah:
Baca juga: Mengapa Pemerintah Kolonial Belanda Menerapkan Politik Etis?
STOVIA adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia (Jakarta) pada zaman kolonial Hindia Belanda.
Awal mula berdiri STOVIA didorong dengan kondisi kurangnya tenaga kesehatan untuk menghadapi berbagai macam penyakit berbahaya yang mewabah di wilayah jajahannya.
Hal ini kemudian membuat pemerintah Hindia Belanda untuk menyelenggarakan kursus juru kesehatan yang kemudian menjadi STOVIA.
Masa pendidikan yang harus ditempuh di STOVIA adalah tujuh tahun.
Beberapa tokoh penting yang merupakan lulusan dari STOVIA adalah Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan Dr. Soetomo, pendiri organisasi Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908.
Pada 1941, didirikan sekolah tinggi pertanian di Bogor bernama Landsbouwkundige Faculteit.
Saat ini, sekolah tinggi tersebut disebut Institut Pertanian Bogor.
Proses pendirian Landsbouwkundige Faculteit ini sendiri cukup sulit.
Berdasarkan keputusan Ratu Belanda tanggal 6 Juni 1905, suatu institusi baru dapat dinaman sebagai universitas jika sudah memiliki lima fakultas di dalamnya.
Agar perguruan tinggi di Hindia Belanda dapat berdiri, salah satu tokoh, Hoesein Djajadiningrat turut memperjuangkannya.
Hoesein Djajadiningrat adalah orang pertama yang meraih gelar guru besar serta anggota Dewan Hindia tahun 1933 dan 1941.