Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Een Eereschuld, Utang yang Harus Dibayar

Kompas.com - 05/10/2021, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahun 1899, Conrad Theodore van Deventer, pelopor tokoh Politik Etis, menulis dalam majalah De Gids tajuk Een Eereschuld.

Een Eereschuld adalah utang yang demi kehormatan harus dibayar, walaupun tidak dapat dituntut kepada hakim dalam pengadilan.

Tulisan ini berisi analisa Deventer yang menggambarkan bagaimana Belanda meraup keuntungan dan menjadi negara makmur yang diperoleh dari hasil kolonialisi Hindia Belanda.

Saat itu, masyarakat Hindia Belanda miskin dan terbelakang. Deventer pun memiliki pemikiran bahwa sudah seharusnya jika kekayaan tersebut dikembalikan.

Baca juga: Pergerakan Nasional: Dampak dari Politik Etis

Tulisan Theodore van Deventer

Theodore van Deventer lahir tahun 1857. Ia dikenal sebagai ahli hukum Belanda dan juga tokoh Politik Etis.

Saat masih berusia muda, Deventer pergi ke Hindia Belanda.

Setelah sepuluh tahun berada di Hindia Belanda, Deventer menjadi orang kaya, karena perkebunan swasta serta perusahaan minyak Bataafse Petroleum Maatschappij (BPM) yang muncul, banyak membutuhkan jasa penasihat hukum.

Dalam sebuah surat tertanggal 30 April 1886 yang ditujukan untuk orang tuanya, Deventer mengatakan bahwa perlu adanya tindakan yang lebih manusiawi bagi pribumi.

Hal ini ia kemukakan karena Deventer merasa khawatir rakyat pribumi akan mengalami kebangkrutan akibat salah pengelolaan tanah jajahan, seperti Spanyol.

Untuk menyampaikan kritiknya tersebut, pada 1899, Deventer menulis dalam majalah De Gids (Panduan) berjudul Een Eereschuld yang berarti Utang Kehormatan.

Pengertian Eereschuld sendiri secara substansial adalah uutang yang demi kehormatan harus dibayar, walaupun tidak dapat dituntut di muka hakim.

Dalam tulisan tersebut, Deventer secara gambling menuliskan angka-angka konkret yang menjelaskan pada public Belanda bagaimana mereka menjadi negara makmur dan aman.

Belanda menjadi negara makmur berkat hasil kolonialisasi yang datang dari daerah jajahan di Hindia Belanda.

Sementara Belanda makmur, kondisi Hindia Belanda justru miskin dan terbelakang.

Oleh sebab itu, sudah seharunys kekayaan tersebut dikembalikan pada Hindia Belanda.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Ratu Wilhelmina, Wanita yang Membawa Belanda Lewati 2 Perang Dunia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com