Namun, pasukan Aceh terus melakukan perlawanan, hingga pada akhirnya Jenderal JHR Kohler wafat di tangan pasukan Aceh.
Kematian Kohler ini membuat pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur ke pantai.
Dari kegagalan tersebut, Belanda kembali merapatkan barisannya pada serangan kedua, 9 Desember 1873 di bawah pimpinan Jan van Swieten.
Dalam serangan kedua ini, Belanda berhasil membakar Masjid Raya Baiturrahman dan menduduki Keraton Sultan.
Kendati demikian, rupanya persiapan Belanda masih tidak lebih matang dibandingkan rakyat Aceh.
Bagian pantai utara dan timur yang biasa dijadikan tempat masuk kapal-kapal dijaga dengan sangat baik oleh rakyat Aceh.
Baca juga: Budaya Djaja, Majalah Kebudayaan Umum Tahun 1970
Begitu juga dengan jalur darat di selatan dan pantai barat yang tidak kalah ketat dari penjagaan pasukan Kerajaan Aceh.
Untuk menghancurkan pertahanan, Belanda berusaha menghancurkan perkampungan dan pelabuhan dengan melakukan tembakan meriam.
Kemudian, Belanda juga memanfaatkan orang-orang yang mudah diperalat untuk menjalankan siasat pecah belah.
Namun, cara ini tetap tidak membuat pasukan Aceh mundur.
Pasukan Aceh justru semakin mempersatukan kekuatan mereka dengan semaksimal mungkin dalam melawan Belanda.
Selain itu, rakyat Aceh juga tidak mudah terbuai dengan adu domba yang dilakukan Belanda.
Oleh sebab itu, Aceh menjadi wilayah yang sangat sulit ditaklukkan oleh Belanda.
Artikel ini telah tayang di Historia dengan judul "Upaya Belanda Mengalahkan Aceh".