Para tenaga kerja ini akan mengisi posisi sebagai pegawai rendahan di pabrik maupun dinas tertentu tingkat lokal seperti desa, distrik, dan onderdistrik,
Untuk dapat mengisi posisi tersebut, penduduk pribumi diharuskan bisa membaca dan menulis.
Sementara, pada zaman itu, rakyat pribumi masih banyak yang belum mampu membaca, bahkan buta huruf latin.
Itu sebabnya Belanda mendirikan sekolah di Indonesia, untuk melatih mereka membaca-menulis, sehingga dapat dipekerjakan di perusahaan atau kantor dinas tertentu.
Baca juga: Cornel Simanjuntak, Komponis yang Bertempur Melawan Belanda
Selain untuk menduduki posisi pegawai rendahan, pemerintah kolonial juga membutuhkan tenaga kerja yang profesional.
Terlebih, sejak abad ke-19, banyak industri yang mulai berdiri di wilayah Hindia Belanda, seperti pabrik gula, mesin, kayu, dan sebagainya.
Bidang tersebut tentu harus diisi oleh orang-orang yang ahli di bidangnya.
Oleh sebab itu, Belanda tidak hanya mendirikan sekolah rendah biasa, melainkan juga sekolah kejuruan.
Referensi: