KOMPAS.com - Cornel Simanjuntak adalah pencipta lagu-lagu heroik Indonesia yang turut berjuang untuk Indonesia.
Tahun 1945-1946, ia ikut berjuang bersama laskar rakyat di front Senen dan Tanah Tinggi melawan serdadu Belanda.
Malangnya, ketika sedang bertempur, paha Cornel tertembak, ia dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Namun, dalam keadaan yang masih terluka, Cornel harus segera diselundupkan ke Karawang karena Belanda tengah melakukan penggeledahan di RS tempat ia dirawat.
Setelah itu, dari Karawang ia dipindahkan ke Yogyakarta. Di kota inilah Cornel banyak melahirkan lagu-lagu heroik untuk semangat perjuangan.
Baca juga: Kerusuhan Sambas 1999: Penyebab, Kronologi, dan Dampak
Cornel Simanjuntak lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara, tahun 1921.
Saat berusia 16 tahun, Cornel menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) atau sekolah zaman Belanda.
Lulus dari HIS, Cornel melanjutkan pendidikannya di Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) atau sekolah keguruan di Xaverius College di Muntilan.
Di sekolah tersebut, Cornel kerap ditunjuk untuk memimpin orkes dan menciptakan banyak lagu.
Usai dari HIK, Cornel berangkat ke Jakarta. Ia mengajar di sekolah dasar Van Lith.
Kemudian, karena bakat musiknya, ia beralih profesi di Kantor Kebudayaa Jepang bernama Keimin Bunka Shidoso.
Di sana ia bekerja sebagai penggubah lagu untuk kepentingan Jepang.
Sewaktu Jepang menduduki Indonesia, tahun 1942, Cornel banyak menciptakan lagu propaganda Jepang, seperti "Menanam Kapas" dan "Hancurkanlah Musuh Kita".
Sempat dianggap berkhianat karena bekerja untuk Jepang, Cornel menjelaskan bahwa apa yang dia lakukan hanyalah sebatas tuntutan pekerjaan saja.
Baca juga: WR Supratman: Kehidupan, Karya, dan Akhir Hidupnya
Pasca-proklamasi, Cornel bergabung dengan Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang bermarkas di Menteng 31.