Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Umum 1 Maret 1949: Latar Belakang, Aksi, dan Dampak

Kompas.com - 05/08/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Rencana penyerangan mereka adalah sebagai berikut:

  1. Serangan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III, melibatkan Wehrkreise I, II dan III
  2. Mengerahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah Gubernur Militer III
  3. Mengadakan serangan terhadap satu kota besar di wilayah Divisi III
  4. Harus berkoordinasi dengan Divisi II agar memperoleh efek lebih besar
  5. Serangan tersebut harus diketahui dunia internasional, untuk itu perlu mendapat dukungan dari:
  • Wakil Kepala Staf Angkatan Perang guna koordinasi dengan pemancar radio yang dimiliki oleh AURI dan Koordinator Pemerintah Pusat,
  • Unit PEPOLIT (Pendidikan Politik Tentara) Kementerian Pertahanan.

Setelah melakukan pembahasan, Panglima Divisi III/GM III, Kolonel Bambang Sugeng, memutuskan untuk menyerang Yogyakarta. 

Mengapa Yogyakarta? Karena Yogyakarta saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia. 

Selain itu, di sana banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta masih adanya anggota delegasi UNCI, dan pengamat militer dari PBB. 

Baca juga: Kekaisaran Mongol, Kekaisaran Terbesar Kedua dalam Sejarah

Serangan

Tanggal 1 Maret 1949, pagi hari, serangan besar-besaran dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III/GM III. 

Pada saat yang bersamaan, fokus penyerangan juga dilakukan di Surakarta, guna menahan tentara Belanda dalam pertempuran untuk tidak mengirimkan bantuan ke Yogyakarta. 

Pada malam hari, pasukan telah merayap mendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai menyusup ke dalam kota.

Pagi harinya, sekitar pukul 06.00, sirene dibunyikan yang berarti serangan segera dilancarakan ke segala penjuru kota. 

Hanya dalam waktu enam jam, TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta, tepat pukul 12.00 siang.

Penyerangan ini dipimpin langsung oleh Letkol Soeharto dari sektor barat sampat batas Malioboro. 

Sektor timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dipimpin Mayor Sardjono, dan sektor utara oleh Mayor Kusno. 

Sedangkan untuk sektor kota, dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki. 

Serangan terhadap Surakarta untuk menahan Belanda tidak mengirimkan bantuan ke Yogyakarta dapat teratasi.

Akan tetapi, tentara Belanda dari Magelang dapat menerobos pasukan Indonesia. Belanda berhasil masuk ke Yogyakarta dan melumpuhkan serangan tersebut.

Baca juga: Daftar Dinasti yang Pernah Berkuasa di China

Dampak

Setelah serangan terjadi, tercatat dari pihak Belanda terdapat enam orang tewas. Di antaranya adalah tiga orang polisi. Kemudian sebanyak 14 orang luka-luka. 

Sedangkan di pihak Indonesia, tercatat 300 prajurit tewas dan 53 anggota polisi tewas. 

Kemudian, melalui terbitan bulan Maret 1949, korban di pihak Belanda selama bulan tersebut tercatat sebanyak 200 orang tewas dan luka-luka. 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com