KOMPAS.com - Muhammadiyah memiliki sebuah organisasi untuk kaum perempuan yang diberi nama Aisyiyah.
Aisyiyah didirikan pada 19 Mei 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan. Organisasi ini bergerak dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.
Dari waktu ke waktu, Aisyiyah terus berkembang dan memberikan manfaat bagi kemajuan harkat dan martabar perempuan Indonesia.
Hasil nyatanya adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan perguruan tinggi.
Baca juga: Padjonga Daeng Ngalle Polobangkeng: Kehidupan, Perjuangan, dan Wafat
Terbentuknya organisasi Aisyiyah bermula dari perkumpulan Wal' Ashri, Maghribi School, dan Sapa Tresna pada 1914.
Perkumpulan ini dirintis oleh Nyai Ahmad Dahlan dalam bentuk pengajian Al-Qur'an dan kelas baca tulis khusus perempuan.
Suami dari Nyai Ahmad Dahlan, KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Perserikatan Muhammadiyah, mendorong perempuan untuk mendapat pendidikan formal dan keagamaan.
Organisasi Aisyiyah bergerak dari berbagai aspek kehidupan termasuk bidang pendidikan dengan mendirikan Frobel School atau TK Aisyiyah Bustanul Athfal pada 1919.
Selain itu, Aisyiyah juga menyadari bahwa harkat dan martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa adanya kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan.
Untuk itu, Aisyiyah bergerak dalam bidang pemberdayaan ekonomi seperti koperasi, Baitul Maal wa Tamwil, Toko, Simpan Pinjam, dan arisan.
Baca juga: Kabinet Berkaki Empat
Tujuan Aisyiyah mendirikan Frobel School yaitu untuk memberantas kebodohan pendidikan di Indonesia.
Gerakan ini menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah yang terus dicanangkan dengan melakukan pemberantasan buta huruf untuk pertama kali pada 1923.
Kemudian, tahun 1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalahnya sendiri yang bernama Suara Aisyiyah.
Melalui majalah ini, Aisyiyah ingin menyampaikan semua program dan kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.
Sedangkan dalam pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga menjadi organisasi yang memprakarsai terbentuknya organisasi wanita pada 1928.
Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain turut bangkit dan berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan.
Badan federasi ini dinamakan Kongres Perempuan Indonesia yang saat ini menjadi Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Hasil nyata dari perjuangan Aisyiyah adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan sekolah, rumah sakit, balai bersalin, panti asuhan, panti jompo, lembaga ekonomi, dan lain-lain.
Baca juga: Tea Act, Monopoli Teh oleh Inggris di Amerika
Dalam pergerakannya, Aisyiyah memiliki tiga program yang dijalankan, yaitu:
Dalam program ini, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen serta kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat, khususnya pengentasan kemiskinan.
Beberapa program pemberdayaan yang dilakukan Aisiyiyah adalah sebagai berikut:
Dalam program ini, Aisyiyah mengembangkan pusat kegiatan pelayanan serta peningkatan mutu kesehatan masyarakat melalui pendidikan.
Beberapa program yang dikembangkan antara lain:
Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanggulangan penyakit menular.
Kemudian untuk penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan.
Baca juga: Perang Tujuh Tahun: Latar Belakang dan Dampaknya
Guna mencapai tujuan memajukan pendidikan formal, Aisyiyah telah mengembangkan beberapa program untuk mengatasi masalah pendidikan dari usia pra TK sampai SMU dan Keguruan.
Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri.