Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Provinsi Banten

Kompas.com - 30/06/2021, 20:02 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banten adalah sebuah provinsi di ujung barat Pulau Jawa yang dulunya menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat.

Sejak 4 Oktober 2000, Banten resmi memisahkan diri lewat keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.

Sebelum berdirinya Provinsi Banten, wilayah ini mempunyai sejarah yang panjang.

Berikut ini sejarah Banten hingga akhirnya resmi menjadi provinsi ke-30 Indonesia.

Banten pada masa kerajaan

Banten di masa lalu bernama Bantam, dan pada abad ke-5 menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara.

Setelah Tarumanegara runtuh, wilayah Banten diambil alih oleh Kerajaan Sunda.

Pada masa itu, Banten yang memiliki posisi strategis dari segi jalur perdagangan, menjadi salah satu pelabuhan penting di nusantara.

Memasuki abad ke-16, bangsa Portugis mulai memperluas pengaruhnya ke tanah Jawa.

Aliansi Kesultanan Demak dan Cirebon tidak mau membiarkan hal itu terjadi, sehingga melakukan penyerangan untuk menaklukkan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Banten sebelum berhasil diduduki Portugis.

Setelah dikuasai, Banten dijadikan sebuah kesultanan dengan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, sebagai raja pertamanya.

Banten kemudian mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682).

Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menjadi pusat perdagangan internasional yang sangat maju, menguasai monopoli komoditas lada, dan memiliki tentara yang kuat.

Namun, setelah Sultan Ageng Tirtayasa turun takhta, Banten berada dalam cengkeraman VOC karena adanya perang saurada di dalam kerajaan.

Baca juga: Kerajaan Banten: Sejarah, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalan

Banten pada masa penjajahan Belanda

Pada awal abad ke-19, Banten diserang oleh Belanda karena sultan yang berkuasa menolak untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer.

Setelah peristiwa itu, Gubernur Jenderal Daendels mengumumkan bahwa Banten telah dimasukkan dalam wilayah Hindia Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com