Perhatian masyarakat mulai tergugah pada 1856, saat Pengadilan Tinggi memutuskan orang kulit hitam tidak boleh dianggap sebagai manusia.
Tahun-tahun berikutnya, suara Lincoln semakin didengar dan pendukungnya semakin banyak.
Pada pemilihan presiden 1860, Lincoln dicalonkan menjadi presiden, bersaing dengan lawannya dari partai Demokrat.
Lincoln akhirnya unggul dengan suara mutlak, tetapi ia dihadapkan pada negara yang telah terpecah-belah karena perbedaan pandangan dalam hal perbudakan.
Hal inilah yang kemudian membuat negara-negara bagian di wilayah selatan ingin memerdekakan diri hingga timbul Perang Saudara.
Baca juga: Doktrin Monroe, Kebijakan Amerika Menentang Kolonialisme Eropa
Perang Saudara di Amerika Serikat berlangsung antara 1861-1865.
Di saat yang sama, Abraham Lincoln mulai membicarakan Proklamasi Emansipasi dengan anggota-anggota kabinetnya.
Proklamasi Emansipasi Lincoln yang berisi perintah penghapusan praktek perbudakan di seluruh wilayah Amerika Serikat diterbitkan pada 1 Januari 1863.
Setelah itu, Lincoln memasukkan pasal ke-13 dalam Undang-Undang Dasar Amerika Serikat yang isinya menyangkut kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat Amerika Serikat.
Meski proklamasi ini belum sepenuhnya membebaskan para budak, akan tetapi para budak mulai berani melarikan diri ke Uni (negara bagian yang menolak perbudakan).
Sebelum Perang Saudara berakhir, Kongres Amerika Serikat mengajukan Amandemen ke-13 ke dalam UUD.
Amandemen ini kemudian dikirim ke seluruh negara bagian untuk diratifikasi dan dalam waktu singkat Amandemen ke-13 disetujui.
Pada 22 Juni 1865, Perang Saudara akhirnya berakhir dan perbudakan dihapuskan dari seluruh Amerika Serikat.
Referensi: