Pangeran Metternich dari Austria marah dan menganggap doktrin ini sebagai tindakan pemberontakan baru oleh Amerika.
Sementara Inggris yang khawatir aktivitas perdagangannya terganggu apabila Spanyol berkuasa kembali di Amerika Latin, diam-diam setuju dengan Doktron Monroe.
Baca juga: Reunifikasi Jerman: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampaknya
Hingga abad ke-19, hubungan Amerika Serikat dengan Amerika Latin cukup akrab.
Bahkan setelah dicetuskannya Doktrin Monroe, Amerika Latin menganggap Amerika Serikat telah membatu negara-negara di wilayahnya untuk mempertahankan kemerdekaan dari Spanyol.
Dampaknya, perdagangan Amerika dengan Meksiko, Brasil, Argentina, juga beberapa negara lain di selatan Sungai Rio Grande meningkat dan hubungan mereka bertambah erat.
Di saat yang sama, timbul keraguan dan beberapa pihak mulai mempertanyakan niat di balik Doktrin Monroe.
Salah satunya Diego Portales, pengusaha dan menteri Chili, yang meminta orang-orang untuk berhati-hati dengan niatan Amerika Serikat.
Pada akhir abad ke-19, deklarasi Monroe dipandang sebagai momen yang menentukan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan salah satu prinsip yang paling lama berdiri.
Pengaruh doktrin ini bertahan selama lebih dari satu abad, dengan hanya sedikit penyesuaian, dan digunakan oleh banyak negarawan serta beberapa presiden AS, termasuk Ulysses S. Grant, Theodore Roosevelt, John F. Kennedy, dan Ronald Reagan.