Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdurrahman Baswedan: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 22/06/2021, 17:30 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Namun, berkat keahliannya, ia pun menaruh dokumen tersebut di kaos kakinya.

Dokumen penting itu pun selamat dan Indonesia berhasil mendapat pengakuan penuh sebagai negara merdeka, secara de facto dan de jure.

Jurnalis

Selain sebagai seorang nasionalis, Baswedan juga menjadi jurnalis.

Ia mempelajari kemampuan menulisnya seorang diri atau otodidak.

Kariernya di bidang jurnalis terbuka saat ia bertemu dengan wartawan pertama keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim Maskati.

Di kemudian hari, Salim pun ikut membantu Baswedan menjadi sekretaris jenderal PAI.

Sebagai seorang wartawan pejuang, Baswedan sangat produktif menulis.

Tulisan-tulisannya pun kerap ditampilkan di media propaganda kebangsaan Indonesia.

Kiprah Baswedan di dunia jurnalistik adalah:

  1. Redaktur Harian Sin Tit Po di Surabaya (1932).
  2. Redaktur Harian Soeara Oemoem di Surabaya yang dipimpin dr. Soetomo (1933).
  3. Redaktur Harian Matahari, Semarang (1934).
  4. Penerbit dan Pemimpin Majalah Sadar.
  5. Pemimpin Redaksi Majalah internal PAI, Aliran Baroe (1935-1939).
  6. Penerbit dan Pemimpin Majalah Nusaputra di Yogyakarta (1950-an).
  7. Pemimpin Redaksi Majalah Hikmah.
  8. Pembantu Harian Mercusuar, Yogyakarta (1973).
  9. Penasihat Redaksi Harian Masa Kini, Yogyakarta (70-an).

Baca juga: Teuku Nyak Arif: Kehidupan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidupnya

Akhir Hidup

Pada 1896, kondisi kesehatan Baswedan menurun. 

Ia pun meninggal pada 16 Maret 1986. 

Jenazahnya disemayamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir.

Atas jasanya, Baswedan pun memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 8 November 2018.

Selain itu, penghargaan lain yang ia peroleh adalah sebagai berikut:

  1. Negara pada 1970 mengakui A.R. Baswedan sebagai salah seorang Perintis Kemerdekaan.
  2. Pada 9 November 1992, negara mengakui dan menghargai kontribusi besar Baswedan yang turut menyusun UUD 1945 dalam BPUPKI. Karena itu, negara menganugerahkan Bintang Mahaputra Utama kepada A.R. Baswedan dan 44 anggota BPUPKI lainnya.
  3. Pada Juli 1995 Duta Mesir untuk Indonesia, Sayed K El Masry, memberikan penghargaan kepada Baswedan berupa piagam dari bahan papirus, yang berisikan naskah Perjanjian Persahabatan RI-Kerajaan Mesir pada 10 Juni 1947 dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
  4. Pada 23 Desember 1995, Aljazair memberikan medali kepada A.R. Baswedan atas pertemanannya dengan para tokoh Aljazair dan memberikan bantuan moril atas peristiwa Revolusi Aljazair 1 November 1954.[19]
  5. Pada 2013, Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono juga menganugerahi A.R. Baswedan Bintang Mahaputra Adipradana pada 10 Agustus 2013. 

Referensi:

  • Suratmin, Abdurrahman Baswedan. Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek.
  • Natalie Mobini-Kesheh. (1999). The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900–1942, Itacha. N.Y.: Southeast Asia Program Publications, Southeast Asia Program, Cornell University, 1999.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com