Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, muballigh, dan sastrawan Indonesia.
Ia pernah menjabat sebagai anggota dari Badan Penyelidikan Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Ia adalah kakek dari Anies Baswedan dan Novel Baswedan.
Kehidupan
Abdurrahman Baswedan lahir di Surabaya, 9 September 1908.
Semasa hidupnya, Baswedan dikenal sebagai seorang pemberontak. Pada 1 Agustus 1934, Harian Matahari Semarang memuat tulisan Baswedan mengenai orang-orang Arab.
Ia menyerukan kepada warga keturunan Arab agar bersatu membantu perjuangan Indonesia.
Baswedan mengajak mereka menganut asas kewarganegaraan ius soli, yang artinya di mana saya lahir, di situlah tanah airku.
Di titik inilah, Baswedan menjalani perubahan haluan dalam hidupnya.
Akhirnya ia menggerakkan perjalanan Indonesia.
Kiprah
Pada masa revolusi, Baswedan berperang penting, yaitu menyiapkan gerakan pemuda peranakan Arab untuk berperang melawan Belanda.
Mereka yang terpilih akan dilatih dengan semi militer di barak-barak.
Pada 1942, masa pendudukan Jepang, Baswedan ditahan.
Pada 1948, ketika Indonesia merdeka, ia mengorbankan keselamatan nyawanya saat membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir.
Ia memperoleh gangguan dan hambatan yang tidaklah sedikit.
Namun, berkat keahliannya, ia pun menaruh dokumen tersebut di kaos kakinya.
Dokumen penting itu pun selamat dan Indonesia berhasil mendapat pengakuan penuh sebagai negara merdeka, secara de facto dan de jure.
Jurnalis
Selain sebagai seorang nasionalis, Baswedan juga menjadi jurnalis.
Ia mempelajari kemampuan menulisnya seorang diri atau otodidak.
Kariernya di bidang jurnalis terbuka saat ia bertemu dengan wartawan pertama keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim Maskati.
Di kemudian hari, Salim pun ikut membantu Baswedan menjadi sekretaris jenderal PAI.
Sebagai seorang wartawan pejuang, Baswedan sangat produktif menulis.
Tulisan-tulisannya pun kerap ditampilkan di media propaganda kebangsaan Indonesia.
Kiprah Baswedan di dunia jurnalistik adalah:
Akhir Hidup
Pada 1896, kondisi kesehatan Baswedan menurun.
Ia pun meninggal pada 16 Maret 1986.
Jenazahnya disemayamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir.
Atas jasanya, Baswedan pun memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 8 November 2018.
Selain itu, penghargaan lain yang ia peroleh adalah sebagai berikut:
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/22/173000979/abdurrahman-baswedan--kehidupan-kiprah-dan-akhir-hidup