Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Sumatera Timur (RIS)

Kompas.com - 16/06/2021, 19:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Negara Sumatera Timur (NST) merupakan salah satu negara yang merdeka dari Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda.

Negara ini menjadi negara yang bertahan cukup lama, sejak 25 Desember 1947 sampai 1950.

Negara Sumatera Timur terbentuk karena banyak faktor kompleks yang membentuk persekutuan anti-republik. 

Persekutuan ini terdiri dari kaum bangsawan Malaysia, sebagian besar para Raja Simalungun, beberapa kepala suku Karo dan tokoh Tionghoa. 

Baca juga: Sejarah Museum Fatahillah

Sejarah

Semasa penjajahan, Belanda memfokuskan kampanye mereka untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonial di Sumatera Timur karena alasan ekonomi dan politik. 

Sumatera Timur adalah negara yang kaya akan minyak dan perkebunan, sehingga menjadi incaran banyak pihak, termasuk Republik Indonesia dan Belanda. 

Oleh sebab itu, untuk melindungi harta kekayaan sumber daya alamnya, maka didirikan Negara Indonesia Timur. 

Negara ini dipimpin oleh Presiden Dr. Tengku Mansoer dari Kesultanan Asahan. 

Pada 1946, Belanda dan Inggris datang ke Sumatera. 

Kedatangan mereka ini menjadi pemicu awal terjadinya Agresi Militer Belanda. 

Sehingga, guna melawan aksi Agresi Militer Belanda ini, maka berdirilah Negara Sumatera Timur sebagai negara baru yang terhimpun sisa-sisa Kesultanan Islam yang masih selamat.

Wilayah yang dicakup oleh negara bagian ini meliputi Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Simalungan, Batubara, dan Asahan. 

Meski NST telah terbentuk, tetap terdapat rakyat yang menentang berdirinya NST. 

Mereka pun melakukan perlawanan militer terhadap Belanda.

Baca juga: Tokoh-tokoh Perjuangan Kooperatif Masa Pendudukan Jepang

Pembubaran

Melalui Konferensi Meja Bundar, Sumatera Timur dinyatakan bergabung ke dalam negara baru Republik Indonesia Serikat. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com