KOMPAS.com - Wahidin Sudirohusodo adalah seorang dokter dan pembaharu pendidikan di Hindia Belanda.
Ia ingin agar rakyat diberikan kesempatan yang luas untuk mengenyam pendidikan di sekolah.
Gagasannya ini kemudian ia sampaikan kepada para pelajar STOVIA atau Sekolah dokter Jawa di Batavia.
Di STOVIA, gagasan dari Wahidin pun diterima dengan tangan terbuka. Ia kemudian dianjurkan untuk mendirikan organisasi untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Organisasi tersebut bernama Budi Utomo, pada 20 Mei 1908.
Oleh sebab itu, Wahidin kerap dianggap menjadi tokoh awal dalam Kebangkitan Nasional Indonesia.
Baca juga: Wilhelmus Zakaria Johannes: Masa Muda, Kiprah, dan Akhir Hidup
Wahidin Sudirohusodo lahir pada 7 Januari 1852 di Yogyakarta. Orang tuanya berdarah Bugis dan Makassar.
Wahidin merupakan keturunan Priyayi Jawa. Ia juga keturunan dari Daeng Kraeng Nobo, seorang bangsawan dari Makassar yang berangkat ke Jawa.
Pertama kali ia memulai pendidikannya di Sekolah Dasar di Yogyakarta. Kemudian, ia melanjutkan di Europeesche Lagere School di Yogyakarta, dan Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Setelah ia lulus menjadi dokter, Wahidin sangat senang bergaul dengan rakyat biasa. Alhasil, ia menjadi tahu banyak tentang penderitaan rakyat.
Wahidin juga sangat menyadari bagaimana tertindasnya rakyat akibat penjajahan Belanda.
Dari pemikiran ini, Wahidin kemudian memiliki gagasan bahwa salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas.
Oleh sebab itu, rakyat harus diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Sebagai seorang dokter juga, ia kerap kali mengobati rakyat tanpa meminta bayaran.
Dua pokok yang menjadi inti perjuangannya adalah memperluas pendidikan, pengajaran, dan memupuk kesadaran bangsa.
Baca juga: Harun Thohir: Kehidupan, Tugas, dan Hukuman Gantung di Singapura
Berawal dari sebuah keinginan untuk membebaskan penderitaan rakyat, Wahidin mulai berkeliling di kota-kota besar di Jawa.