Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biografi Raden Saleh: Sang Pelukis Raja

Raden Saleh hidup pada masa kolonial Belanda dan menjadi pionir seni modern di Indonesia.

Ciri khas karya Raden Saleh adalah perpaduan romantisme populer di Eropa pada masa itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang dirinya sebagai orang Jawa.

Raden Saleh telah lama dikenal sebagai salah satu seniman besar di Indonesia dan mendapatkan julukan Sang Pelukis Raja.

Berikut ini biografi Raden Saleh:

Awal kehidupan Raden Saleh

Raden Saleh lahir di Terbaya, sebuah daerah di Semarang, Jawa Tengah, dengan nama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman.

Namun, tidak diketahui secara pasti tahun kelahiran Raden Saleh.

Beberapa sumber menyatakan bahwa Raden Saleh terlahir pada 1807 atau 1811.

Ada juga sumber yang menyebut bahwa Raden Saleh terlahir pada 1809, 1810, 1814 atau 1815.

Ia adalah anak dari Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja yang merupakan keturunan Arab.

Sementara itu, ibunya adalah Mas Adjeng Zarip Hoesen, yang memiliki darah Jawa.

Paman Raden Saleh adalah bupati Semarang. Oleh karena itu, sejak berusia 10 tahun, Raden Saleh mulai bersinggungan dengan orang-orang Belanda yang menjadi atasan pamannya di kantor pemerintahan.

Raden Saleh juga telah menunjukkan bakat menggambar sejak bersekolah di sekolah rakyat atau volks school.

Ketika masih berusia 12 tahun atau 15 tahun, dengan bakat melukisnya, Raden Saleh berhasil mencuri perhatian seorang pelukis Belgia bernama A.A.J. Payen.

A.A.J. Payen adalah pelukis yang datang ke Indonesia untuk membantu Prof Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor yang kala itu masih bernama Buitenzorg.

Adapun Prof Reinwardt juga merupakan Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau-pulau sekitarnya pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Prof Reinwardt bersama satu tim juru gambar dan juru lukis, termasuk A.A.J. Payen, berkeliling Pulau Jawa, dan kemudian bertemu dengan Raden Saleh yang kala itu tinggal di Cianjur, di rumah Residen Priangan, Jonkheer Robert L.S. Van der Capellen.

Kala itu, Raden Saleh juga disebut mengenyam pendidikan di Sekolah Raja yang didirikan Van der Capellen.

Bakat melukis Raden Saleh pun mampu memikat hati Payen. Ia kemudian diangkat menjadi murid sang pelukis keturunan Belgia itu.

Dari Payen, Raden Saleh mulai berkenalan dengan cat minyak, terpentin, minyak rami, palet, dan pisau lukis.

Payen juga mengajarkan kepada Raden Saleh tentang gaya lukisan Eropa serta seni Barat.

Payen kerap mengajak Raden Saleh berkeliling Jawa dalam perjalanan dinasnya.

Melalui perjalanan itu, Raden Saleh mendapatkan banyak inspirasi untuk lukisannya.

Payen pun kemudian memberi tugas kepada Raden Saleh untuk melukiskan tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang mereka singgahi.

Belajar ke Eropa

Selain Payen, bakat melukis Raden Saleh juga banyak berkembang berkat peran Van de Capellen.

Bagi Raden Saleh, Van der Capellen selayaknya seorang bapak yang memberikan perhatian kepadanya.

Berkat Van der Capellen pula, Raden Saleh mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di Eropa.

Raden Saleh berlayar ke Belanda pada 1829. Pada awalnya, ia tidak berniat tinggal lama di Belanda.

Namun, akhirnya, ia memilih menetap lebih lama di Eropa untuk belajar berhitung, bahasa Belanda, dan litografi.

Raden Saleh pun dapat belajar selama dua tahun di Belanda berkat rekomendasi dari Payen serta dukungan Reinwardt dan Van der Capellen.

Untuk belajar di Eropa, Raden Saleh disebut menerima beasiswa senilai 2.000 gulden dari pemerintah Hindia Belanda.

Selama belajar di Belanda, Raden Saleh diawasi oleh Gubernur Jenderal bernama J.C. Baud.

Dalam sebuah tulisan, Baud menggambarkan sosok Raden Saleh sebagai seorang pelukis Jawa yang ajaib.

"Dalam pengawasanku waktu ini, ada seorang Jawa bernama Raden Saleh yang ajaib dalam hal seni menggambar. Aku sudah memperkenalkannya kepada Kruseman (Cornelis Kruseman, seorang pelukis Belanda), dan sekarang empat jam sehari ia berada di sanggar pelukis yang penuh cita rasa itu," tulis Baud.

Beberapa lama kemudian, Raden Saleh pindah ke Den Haag dan belajar dari seorang pelukis terkenal Belanda bernama Andreas Schelfhout.

Selama belajar di sana, Raden Saleh menyalin karya para pelukis Belanda, khususnya lukisan Stier (Banteng) karya Potter.

Lantaran senang belajar seni lukis di Eropa, Raden Saleh pun akhirnya menetap lebih dari dua tahun di Belanda.

Ia selalu menolak ketika ditawari untuk kembali ke Jawa.

Raden Saleh kemudian menyewa kamar sendiri dan menyimpan buku catatan tentang uang sewa dan biaya makan siang.

Ia juga mendapat sanggarnya sendiri sehingga tidak lagi mencemaskan persoalan keuangan.

Raden Saleh pun menjadi pelopor para mahasiswa Indonesia untuk datang dan belajar di Belanda.

Aksi Raden Saleh membuat gundah pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda khawatir Raden Saleh akan membawa gagasan-gagasan untuk menentang kolonialisme ke Jawa.

Pelukis Raja

Pemerintah Belanda mulai cemas Raden Saleh akan membawa gagasan untuk memberontak jika ia dikembalikan ke Jawa.

Apalagi, pada masa itu, baru saja pecah Perang Jawa dan Belanda belum lama memadamkan pemberontakan Pangeran Diponegoro.

Oleh karena itu, pada 1834, pemerintah Hindia Belanda mulai berembuk tentang permintaan Raden Saleh untuk menuda kepulangannya ke Jawa

Pemerintah Hindia Belanda pun menyadari bahwa terlalu berbahaya memulangkan Raden Saleh ke Jawa.

Akhirnya, mereka menyetujui permohohan Raden Saleh untuk tinggal selama dua tahun lagi di Belanda, tetapi dengan catatan beasiswanya dicabut.

Pada 1837, pemerintah Belanda kembali menangguhkan kepulangan Raden Saleh ke Jawa dan ia diberi waktu dua tahun lebih lama untuk tinggal di sana.

Dua tahun kemudian, pada 1839, Raden Saleh pergi ke Jerman  untuk menimba ilmu melukis dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman.

Ia tinggal di Jerman selama lima tahun untuk menimba ilmu melukis.

Pada 1844, Raden Saleh kembali ke Belanda dan sudah terkenal sebagai seorang pelukis besar.

Bahkan, Raja Willem II pun menganugerahkan Bintang Eikenkroon, sebuah tanda penghargaan dari Luxemburg, kepada Raden Saleh.

Setelah itu, Raden Saleh diangkat sebagai pelukis istana atau pelukis raja oleh Raja Willem III.

Raden Saleh sempat sebentar berada di Belanda sebelum hijrah ke Paris untuk menerima audiensi dari Raja Louis Philippe.

Ia juga berkenalan dengan seorang pelukis bernama Horace Bernet yang kemudian membawanya tinggal di Aljazair selama beberapa waktu.

Kembali ke Jawa

Setelah bertahun-tahun menimba ilmu di Eropa, Raden Saleh pun kembali ke Jawa pada 1851.

Ia sempat menikah dengan seorang perempuan Eropa bernama Winkelman yang memiliki tanah di Weltevreden (sekarang daerah Gambir).

Namun, pernikahan mereka tidak bertahan lama. Raden Saleh menceraikan Winkelman dan kemudian menikahi perempuan Jawa bernama Raden Ayu Danudirdja.

Di Jawa, ketenaran Raden Saleh sebagai pelukis besar pun tetap terjaga.

Akan tetapi, di sisi lain, pemerintah kolonial tetap menaruh kecurigaan terhadap dia.

Pada 1868, Raden Saleh sempat dituding terlibat dalam beberapa kerusuhan. Namun, tuduhan itu tidak berdasar dan membuat Raden Saleh kecewa.

Pada 1875, Raden Saleh kembali mengunjungi Eropa bersama sang istri. Di Belanda, ia tinggal di kediaman musim panas groothertog Saksen Coburg Gotha.

Raden Saleh juga sempat mengunjungi Italia sebelum akhirnya kembali ke Jawa pada 1878.

Dua tahun setelah kembali ke Jawa, tepatnya pada 23 April 1880, Raden Saleh meninggal dunia dan dimakamkan di Bogor.

Di nisan makam Raden Saleh pun tertulis keterangan dirinya sebagai pelukis Kerajaan Belanda.

"Raden Saleh. Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wollanda Ridder de Orde van de Eiken Kroon, Kom Met De Ster Der Frans Joseph Orde, Ridder Der Kroon Orde van Pruissen, Ridder van den Witten Valk."

Karya-karya Raden Saleh

Dalam karyanya, Raden Saleh banyak menggambarkan romantisme yang berkembang di Eropa pada awal abad ke-19 Masehi.

Namun, terdapat paradoks yang terkandung dalam sisi romantisme Eropa dalam lukisan Raden Saleh. Misalnya, Raden Saleh menggambarkan keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan atau nilai religius sekaligus ketidakpastian takdir dalam realitas.

Melalui karyanya, Raden Saleh juga menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain, seperti kebiasaan berburu hewan.

Raden Saleh juga mengusung gagasan tentang kemerdekaan dan kebebasan serta menentang penindasan dalam karya-karyanya.

Salah satu karya terkenal Raden Saleh adalah lukisan Penangkapan Diponegoro yang selesai ia buat pada 1857.

Lukisan itu dipersembahkan Raden Saleh kepada Raja Willem III dan baru dibawa pulang ke Indonesia pada 1978.

Pada 1883, sebuah pameran lukisan Raden Saleh digelar di Amsterdam untuk memperingati tiga tahun meninggalnya Sang Pelukis Raja.

Beberapa lukisan Raden Saleh yang dipamerkan adalah Penangkapan Pangeran Diponegoro, Hutan Terbakar, dan Berburu Kerbau di Jawa.

Berkat karya-karyanya, Raden Saleh juga banyak dianugerahi penghargaan, baik oleh Belanda maupun pemerintah Indonesia.

Ia mendapatkan penghargaan bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (CFJ), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan Ridder van de Witte Valk (R.W.V.).

Sementara itu, pada 1969, pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan penghargaan kepada Raden Saleh secara anumerta, berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.

Sumber:

  • Poeze, H. A., Dijk, C., Meulen, I. v. d. (2008). Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda, 1600-1950. Indonesia: KPG bekerjasama dengan KITLV-Jakarta.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/03/080000279/biografi-raden-saleh-sang-pelukis-raja

Terkini Lainnya

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Stori
Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Stori
Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Stori
Prasangka dalam Keberagaman

Prasangka dalam Keberagaman

Stori
Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Stori
Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke