Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Candi Plaosan, Bukti Cinta Beda Agama

Letak Candi Plaosan berada di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan berjarak kurang lebih 1,5 kilometer dari Candi Prambanan.

Kompleks Candi Plaosan terbagi menjadi dua bangunan utama, yaitu Candi Plaosan Lor (sisi utara) dan Candi Plaosan Kidul (sisi selatan).

Oleh karena itu, Candi Plaosan disebut candi kembar, karena bentuk keduanya sangat mirip.

Selain itu, candi Buddha ini terbilang unik, karena arsitekturnya memiliki campuran dengan Candi Hindu.

Hal ini berhubungan dengan kisah cinta Rakai Pikatan, yaitu Raja Mataram Kuno yang membangun Candi Plaosan.

Sejarah berdirinya Candi Plaosan

Sejarah berdirinya Candi Plaosan dimulai saat Rakai Pikatan, yang berasal dari Dinasti Sanjaya (penganut Hindu), menikah dengan Pramodhawardhani, keturunan Dinasti Syailendra (penganut Buddha). 

Walaupun awal hubungan percintaan keduanya menimbulkan banyak keresahan dan penolakan karena perbedaan agama mereka, pernikahan berhasil dilangsungkan.

Rakai Pikatan juga memberikan kebebasan kepada sang istri untuk menganut agama yang berbeda.

Bahkan, sebagai lambang rasa cintanya kepada sang istri, Rakai Pikatan membangun Candi Plaosan.

Para ahli memperkirakan bahwa Candi Plaosan berasal dari pemerintahan Rakai Pikatan di Kerajaan Mataram Kuno, atau sekitar abad ke-9.

Hal ini diyakini J.G. De Casparis, seorang filolog asal Belanda, yang berpegang pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842), yang menyebut bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Sultan Kahulunan.

De Casparis berpendapat bahwa Sri Kahulunan adalah gelar Pramodawardhani, putri Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra, yang menjadi permaisuri Rakai Pikatan.

Sementara itu, sejarawan bernama Anggraeni, berpendapat bahwa candi ini dibangun sebelum masa pemerintahan Rakai Pikatan.

Menurutnya, yang dimaksud dengan Sri Kahulunan adalah ibu Rankai Galung, yang memerintah Mataram Kuno sebelum Rakai Pikatan. 

Anggraeni juga menilai, masa pemerintahan Rakai Pikatan terlalu singkat untuk dapat membangun candi sebesar Candi Plaosan.

Kemudian, pada Oktober 2003, ditemukan prasasti di Candi Plaosan Kidul, yang diperkirakan berasal dari abad ke-9.

Prasasti yang terbuat dari lempengan emas berukuran 18,5 X 2,2 cm itu berisi tulisan dalam bahasa Sanskerta dan ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno.

Meski isi prasasti itu belum jelas diketahui, Tjahjono Prasodjo, arkeolog Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diberi tugas membacanya, meyakini bahwa isinya menguatkan dugaan bahwa Candi Plaosan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.

Mitos Candi Plaosan

Salah satu keistimewaan Candi Plaosan adalah bahwa pembangunannya dilatarbelakangi oleh kisah cinta Rakai Pikatan dan sang permaisuri, Pramodhawardani, yang berbeda agama.

Candi Plaosan pun menjadi salah satu bukti nyata, bahwa kekuatan cinta dapat menjadi alat untuk menyatukan perbedaan, serta menjadi simbol toleransi umat beragama pada masa Kerajaan Mataram Kuno.

Berdasarkan kisah asmara Rakai Pikatan dan Pramodhawardani, muncul mitos bahwa bagi pasangan yang mengunjungi Kompleks Candi Plaosan, niscaya hubungan mereka akan langgeng.

Mitos ini berbanding terbalik dengan Candi Prambanan, yang menyatakan apabila pasangan mengunjungi Candi Prambanan, maka hubungan keduanya akan menjadi retak.

Perbedaan Candi Kembar Plaosan

Kompleks Candi Plaosan dikelilingi oleh parit dan pagar berbentuk empat persegi panjang.

Meski sama-sama memiliki tinggi 21 meter dan bentuknya sekilas terlihat sama, Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul memiliki sejumlah perbedaan.

Candi Plaosan Lor memiliki pintu masuk di sebelah barat, dan di bagian tengah candi terdapat sebuah halaman yang diisi pendopo dengan tiga altar di setiap sisinya. 

Sedangkan Candi Plaosan Kidul, yang juga mempunyai halaman tengah, memiliki delapan candi kecil yang mengelilinginya.

Candi kecil tersebut dibagi menjadi dua tingkat, di mana setiap tingkatnya ditaruh empat candi.

Perbedaan terakhir dari kedua bangunannya terlihat pada hiasan dari ukiran tanaman di setiap pintu masuknya.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/20/080000079/candi-plaosan-bukti-cinta-beda-agama

Terkini Lainnya

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Stori
Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Stori
Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Stori
Prasangka dalam Keberagaman

Prasangka dalam Keberagaman

Stori
Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Stori
Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Stori
Sejarah Perkembangan Kodifikasi Hadis

Sejarah Perkembangan Kodifikasi Hadis

Stori
Sejarah Singkat Perkembangan Islam di Andalusia

Sejarah Singkat Perkembangan Islam di Andalusia

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke