Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kekaisaran Babilonia Baru: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Kekaisaran ini berdiri pada 626 SM, setelah meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Asyur atau Assyria di Mesopotamia.

Kekaisaran Babilonia Baru mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Nebukadnezar II (602-562 SM).

Kejayaan Babilonia Baru ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, serta dikuasainya seluruh wilayah potensial di Mesopotamia.

Namun, kekuasaan bangsa Khaldea di Mesopotamia berakhir setelah dikalahkan oleh bangsa Persia pada 539 SM.

Oleh karena itu, Babilonia Baru menjadi kekaisaran terakhir yang diperintah oleh penduduk asli Mesopotamia.

Sejarah berdirinya

Sejarah berdirinya Kekaisaran Babilonia Baru dimulai ketika Nabopolassar dinobatkan sebagai raja pada 626 SM.

Saat itu, Kerajaan Assyria, yang menguasai Mesopotamia dan dipimpin oleh Sinshariskhun, mengalami gejolak politik di internal.

Gejolak politik yang terjadi di Assyria disebabkan oleh perang saudara antara Sinshariskhun dengan Jenderal Sinshumulishir.

Konflik internal ini dimanfaatkan oleh Nabopolassar untuk menyerang dan menguasai Kota Babel atau Babilon dan Nippur.

Meski pada 623 SM Sinshariskhun menyerang Babel, Nabopolassar berhasil mempertahankannya.

Pada 612, Sinshariskhun tewas dalam Pertempuran Niniwe. Setelah itu, Assur-uballit II menggantikan kedudukannya sebagai raja.

Namun, masa kekuasaan Assur-uballit II tidak lama, karena pada 609 SM, ia dikalahkan oleh Raja Nabopolassar di pertempuran di Harran.

Mulai 609 SM inilah, Kekaisaran Babilonia Baru resmi bebas mengembangkan wilayahnya karena Kerajaan Assyria telah runtuh.

Kejayaan Babilonia Baru

Babilonia Baru menerapkan pemerintahan negara-kota seperti di Yunani Kuno. Hal ini diprakarsai oleh Nabopolassar.

Setelah Nabopolassar meninggal pada 605 SM, putranya yang bernama Nebukadnezar II naik takhta.

Nebukadnezar II memperluas wilayah Babilonia Baru hingga berhasil menguasai seluruh Mesopotamia pada 572 SM.

Perluasan wilayah Babilonia Baru ini juga dibarengi dengan perkembangan di bidang ekonomi, yang mengandalkan pada bidang agraris dan perdagangan.

Babilonia Baru memanfaatkan Sungai Eufrat untuk pengairan bagi pertaniannnya yang semakin maju.

Selain itu, pemerintah juga membangun bendungan dan kolam untuk mencegah banjir serta mengatur debit air sungai.

Di bidang ilmu pengetahuan, Babilonia Baru berperan dalam perkembangan ilmu astronomi, matematika, dan arsitektur.

Ilmu astronomi Babilonia Baru menciptakan sistem zodiak yang didasarkan pada rasi bintang.

Bahkan ilmu astronomi masa Babilonia Baru dipercaya sebagai dasar perkembangan ilmu astronomi di peradaban lain di seluruh dunia.

Sementara pada bidang matematika, peradaban Babilonia Baru mampu menentukan nilai akar kuadrat dan menerapkan sistem phytagoras.

Di bidang teknologi arsitektur, peradaban Babilonia Baru mampu mendirikan bangunan monumental, seperti Menara Babel dan Taman Gantung.

Taman Gantung adalah peninggalan Babilonia Baru yang dibangun pada masa pemerintahan Nebukadnezar II untuk menghibur permaisurinya yang merindukan kampung halamannya.

Runtuhnya Babilonia Baru

Setelah beberapa dekade menjadi peradaban yang maju, Babilonia Baru kemudian dipimpin oleh Nabondius (556-539 SM).

Nabondius memerintah Babilonia Baru setelah menggulingkan pemerintahan Labashi Marduk, yang belum cukup umurnya saat menjadi raja.

Selama Nabondius memerintah, rakyat Babilonia Baru tidak puas dan resah karena pemerintahannya yang keras.

Selain itu, Nabondius juga menindas semua pendukung dan keluarga dari Labashi Marduk, yang membuat Imamat Marduk membenci Nabondius.

Setelah 17 tahun memerintah, Nabondius kemudian melimpahkan pemerintahan Babilonia Baru kepada putranya, Pangeran Belsyazar.

Pangeran Belsyazar merupakan seorang prajurit yang piawai namun buruk dalam hal politik.

Bersamaan dengan pemerintahan Pangeran Belsyazar, di timur Babilonia Baru muncul Kekaisaran Akhemeniyah atau Kekaisaran Persia Pertama.

Kekaisaran Akhemeniyah, yang diperintah oleh Koresh Agung atau Cyrus The Great, memanfaatkan lemahnya pemerintahan Pangeran Belsyazar dengan menyerang Babilonia Baru pada 539 SM.

Serangan Kekaisaran Akhemeniyah pun berhasil meruntuhkan Babilonia Baru. Dengan begitu, kekuasaan bangsa Khaldea di Mesopotamia berakhir setelah dikalahkan oleh bangsa Persia.

Referensi:

  • Aizid, Rezim. (2018). Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia. Yogyakarta: Noktah.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/16/100000179/kekaisaran-babilonia-baru--sejarah-raja-raja-dan-keruntuhan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke