Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siti Hartinah: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup

Siti Hartinah atau yang akrab dipanggil Bu Tien menjadi salah satu penggerak Kongres Wanita Indonesia. 

Ia turut berpengaruh dalam pelanggaran poligami bagi pejabat di Indonesia. 

Larangan tersebut kemudian terwujud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983. 

Kehidupan

Siti Hartinah lahir di Jaten, Jawa Tengah, 23 Agustus 1923. 

Ia merupakan anak kedua dari pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo. 

Sejak kecil, Tien telah hidup berpindah-pindah karena pekerjaan ayahnya. 

Mulai dari Klaten, Jumapolo, Matesih, Solo, dan Kerjo. 

Tien juga sempat diadopsi oleh teman ayahnya, Abdul Rachman, namun karena sering sakit, Hartinah dikembalikan ke keluarganya. 

Secara pendidikan, Tien mengikuti Sekolah Dasar Dua Tahun (Ongko Loro). 

Kemudian ia lanjut ke HIS Siswo sampai tahun 1933. 

Sembari sekolah, Tien ikut les membatik dan mengetik. Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, ia turut serta dalam Barisan Pemuda Putri di bawah Fujinkai. 

Setelah kemerdekaan, Barisan Pemuda Putri berubah menjadi Laskar Putri Indonesia, di mana ia menjadi salah satu pelopornya. 

Bahkan, Tien juga turut membantu di dapur umum semasa perang kemerdekaan. 

Kiprah dalam Karier Soeharto 

Pada 26 Desember 1947, Tien menikah dengan Soeharto di Surakarta. 

Soeharto dan Tien pun memiliki enam orang anak, mereka adalah:

  • Siti Hardiyanti Rukmana
  • Sigit Harjojudanto
  • Bambang Trihatmodjo
  • Siti Hediati
  • Hutomo Mandala Putra
  • Siti Hutami Endang Adiningsih 

Dalam kiprah karier Soeharto, Tien memiliki beberapa peran penting di dalamnya.

Ia berpengaruh dalam pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia. Ia juga menjadi penggerak Kongres Wanita Indonesia.

Peraturan poligami ini pun diwujudkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983. 

Peraturan tersebut dengan tegas melarang PNS untuk berpoligami serta UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 

Pada akhir tahun 1990-an, Tien juga mempengaruhi rencana sukses Soeharto dengan menyarankan petinggi Partai Golkar agar tidak lagi mencalonkan suaminya. 

Akhir Hidup

Pada 28 April 1996, Tien meninggal dunia akibat penyakit jantung yang dideritanya. 

Sempat muncul kabar bahwa penyebab kematian Tien adalah karena ia tertembak ketika Hutomo Mandala Putra atau Tommy bertengkar dengan Bambang Trihatmodjo.

Apalagi, kematian Bu Tien terjadi mendadak. Tetapi, berita ini disanggah oleh keluarganya. 

Siti Hartinah dimakamkan di Astana Giri Bangun, Jawa Tengah pada 29 April 1996. 

Tidak lama setelah kematiannya, Ibu Tien atau Siti Hartinah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. 

Taman Mini Indonesia Indah

Taman Mini Indonesia Indah diresmikan oleh Presiden Soeharto, suami Siti Hartinah, pada 20 April 1975. 

Gagasan awal dari pembangunan TMII sendiri yaitu ketika Siti Hartinah tengah berkunjung ke sebuah obyek wisata di Thailand dan Disneyland Amerika Serikat. 

Proyek TMII ini sebelumnya disebut dengan Miniatur Indonesia Indah, bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan memberikan pengertian kepada bangsa lain soal Indonesia.

Presiden Soeharto, Ibu Tien, dan Menteri Dalam Negeri, Amir Mahmud, mengumumkan soal maksud dan tujuan dari MII pertama kalinya pada 30 Januari 2021 di Istana Negara.

Proses pembangunan TMII membutuhkan waktu kurang dari tiga tahun. 

Taman Mini Indonesia Indah kemudian dibuka secara resmi pada 20 April 1975 oleh Presiden Soeharto. 

Selain TMII, pembangunan lain yang juga diprakarsai oleh Ibu Tien Soeharto adalah Museum Tekstil pada 28 Juni 1976. 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/28/150000879/siti-hartinah--kehidupan-kiprah-dan-akhir-hidup

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke