Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indische Partij: Pendiri, Latar Belakang, Program Kerja, dan Penolakan

Partai ini didirikan oleh tiga tokoh bersejarah yang disebut sebagai Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Suwardi Suryaningrat. 

Tiga serangkai membentuk partai ini karena menginginkan adanya kerja sama antara orang Indo dengan orang Indonesia asli atau disebut bumiputera. 

Latar Belakang 

Terbentuknya Indische Partij merupakan gagasan utama dari E.F.E Douwes Dekker. 

Douwes Dekker yang bernama asli Danudirja Setiabudi merupakan pejuang kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia. 

Meskipun keturunan Belanda, ia adalah seorang pelopor munculnya nasionalisme di Indonesia pada awal abad ke-20. 

Douwes Dekker bukanlah keturunan asli Indonesia, sehingga ia pun beberapa kali mengalami diskriminasi dari orang Belanda murni. 

Salah satunya yaitu orang Indo (Hindia Belanda) tidak dapat menduduki posisi kunci pemerintah karena tingkat pendidikannya. 

Sedangkan di posisi yang sama, orang Belanda mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada pribumi. 

Dari kejadian tersebut, Douwes Dekker memiliki ide untuk mencetus indische bond, sebuah organisasi yang dipimpin oleh orang-orang asli Hindia Belanda. 

Namun, organisasi tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, karena tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari masyarakat. 

Selanjutnya pada 1912, Douwes Dekker mengajak Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai sendiri bernama Indische Partij. 

Cipto dan Suwardi sendiri merupakan dua tokoh yang berasal asli dari Indonesia atau pribumi.

Tujuan dari didirikannya Indische Partij sendiri adalah agar terciptanya kerjasama antara orang Indo dengan bumiputera. 

Program Kerja

Untuk menimbulkan adanya kerjasama antara orang Indo dengan bumiputera, Indische Partij memiliki beberapa program kerja, yaitu:

Penolakan

Setelah tiga serangkai membentuk Indische Partij, mereka pun mencoba untuk mendaftarkan status badan hukum mereka ke pemerintah Hindia Belanda.

Namun, upaya tersebut rupanya ditolak pada 11 Maret 1913 oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda.

Alasan penolakan ini adalah karena organisasi IP saat itu dianggap oleh kolonial dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. 

Akhirnya organisasi ini tidak dapat terbentuk. 

Pengasingan

Di tahun yang sama, 1913, pemerintah Belanda tengah mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). 

Sangat aneh dilihat, karena perayaan ini dilakukan oleh negara penjajah di negara yang sedang mereka jajahi. 

Suwardi Suryaningrat pun menulis artikel sarkastik berjudul Als ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). 

Tidak hanya Suwardi, Cipto Mangunkusumo juga melakukan hal yang sama, ia menuliskan artikel sarkastiknya yang dimuat dalam De Express pada 26 Juli 1913 berjudul Kracht of Vrees?

Artikel tersebut berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan Cipto.

Douwes Dekker kemudian menyusul melakukan kritik melalui tulisan berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan Kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat). 

Akibat dari tindakan tersebut, tiga serangkai ini kemudian ditangkap dan diasingkan. 

Douwes Dekker dibuang ke Kupang, NTT dan Cipto Mangunkusumo diasingkan ke Pulau Banda. 

Pada 1914, Cipto Mangunkusumo kembali ke Indonesia karena sakit, sedangkan Douwes Dekker dan Suwardi kembali ke Indonesia pada tahun 1919.

Referensi: 

  • Poesponegoro, Marwati Djoned. (1965). Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka. 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/26/174344779/indische-partij-pendiri-latar-belakang-program-kerja-dan-penolakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke