Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organisasi Bentukan Jepang ketika Menjajah Indonesia

Kompas.com - 12/08/2022, 16:00 WIB
Serafica Gischa

Editor

Pemerintah pendudukan Jepang ingin menggunakan tokoh pergerakan Indonesia sebagai simbol untuk membangkitkan semangat dan perasaan anti bangsa kulit putih. 

Tujuan Putera adalah membangun dan menghidupkan kembali apa yang dihancurkan Belanda. Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang dalam perang. 

Seiring berjalannya waktu, Putera justru lebih banak berkomunikasi dengan rakyat dan berhasil mempersiapkan mental masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua tahun kemudian. 

Jepang sadar bahwa Putera lebih menguntungkan bagi pergerakan nasional dibandingan kepentingan Jepang. Sehingga Putera dibubarkan pada 1944 oleh Jepang. 

Baca juga: Akibat Pendudukan Jepang di Bidang Birokrasi dan Militer

Cuo Sangi In

Cuo Sangi In atau Badan Pertimbangan Pusat dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang. Tadinya, badan ini dimaksudkan Jepang sebagai pengendali politik di Indonesia. 

Akan tetapi, justru oleh para pemimpin pergerakan nasional, saat itu dimanfaatkan untuk mengimbangi politik Jepang. 

Badan Pertimbangan Pusat mempunyai tugas mengajukan usul dan menjawab pertanyaan pemerintah Jepang. Badan ini kemudian dijadikan sarana strategis bagi para tokoh pergerakan Indonesia. 

Bangsa Indonesia diberi kesempatan menduduki jabatan kepala departemen dan residen yang sulit didapatkan pada masa pemerintah kolonial Belanda.

Pada tanggal 18-21 Juni 1945, Soekarno memanfaatkan sidang Chuo Sangi-in kedelapan di Jakarta untuk mengagendakan sidang Panitia Kecil. 

Panitia Kecil ini akan mengumpulkan usulan anggota sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). BPUPKI kelak berperan penting dalam menyiapkan kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945.

Baca juga: Karakteristik Negara Jepang

Jawa Hokokai

Anggota Jawa HokokaiDjawa Baroe Anggota Jawa Hokokai

Pada 1944, Panglima Tertinggi Tentara Jepang di Jawa menyatakan berdirinya Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). 

Organisasi ini lahir didorong oleh situasi Perang Asia Timur Raya yang semakin gencar. Jawa Hokokai diorientasikan untuk memupuk semangat kebaktian dan tugas untuk kepentingan pemerintah pendudukan Jepang. 

Pimpinan Jawa Hokokai ditangani langsung oleh pimpinan militer Jepang dan anggotanya diseleksi secara ketat. Jaringan organisasi ini dari pusat sampai daerah memiliki bidang-bidang kegiatan, seperti guru, kewanitaan, perusahaan, dan kesenian. 

Jawa Hokokai bertugas mengerahkan rakyat secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, serta menanam jarak. Hasilnya harus diserahkan ke pemerintah pendudukan Jepang untuk membiayai Perang Asia Timur Raya.

Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan

Latihan semimiliter bagi anggota Fujinkai.- Latihan semimiliter bagi anggota Fujinkai.

Untuk mempertahankan daerah pendudukannya, Jepang memerlukan dukungan dari penduduk di negeri jajahannya. Oleh karena itu, pada 29 April 1943, dibentuklah organisasi semi militer seinendan, yaitu barisan pemuda yang anggotanya berusia 14-22 tahun. 

Secara resmi disebutkan bahwa tujuan dibentuknya seinendan adalah mendidik dan melatih para pemuda untuk dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. 

Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga wanita, pada Agustus 1943, pemerintah pendudukan Jepang membentuk fujinkai atau perhimpunan wanita.

Baca juga: Akibat Pendudukan Jepang di Bidang Politik

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com