KOMPAS.com - Jepang menduduki Indonesia setelah Belanda mengaku kalah dan menyatakan menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942.
Dengan menyerahnya Belanda tersebut, maka Jepang menguasai bangsa Indonesia.
Atas kepiawaian propaganda Jepang langcarkan mampu menarik simpatik rakyat Indonesia dengan mengaku saudara tua.
Kedatangan Jepang adalah membebaskan rakyat Indonesia dari penjajah-penjajah asing. Bagaimana politik Jepang dalam menarik simpati Bangsa Indonesia.
Baca juga: Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia
Jepang menguasai Indonesia setelah pada Februari 1942 mengalahkan armada gabungan Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat dalam pertempuran di Laut Jawa.
Akhirnya pada 8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang, Jawa Barat.
Panglima tentara Belanda di Indonesia, Jenderal Ter Poorter menandatangani naskah penyerahan Belanda atas wilayah Indonesia kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura.
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan (2011) karya M. Junaedi Al Anshori, pada awal pendudukan Jepanga diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia.
Karena kepandaian Jepang berpropaganda dengan melakukan tindakan-tindakan yang menarik simpati rakyat dan para pe mimpin Indonesia.
Berikut tindakan Jepang untuk menarik simpati:
Jepang menyatakan diri sebagai saudara tua, sedangkan Indonesia sebagai saudara muda. Kedatangan ke Indonesia untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah asing.
Baca juga: Mengapa Jepang Menerapkan Ekonomi Perang
Selain itu, Jepang bermaksud mencapai kemakmuran bersama seluruh bangsa di bawah pimpinan Jepang.
Sehingga sederajat dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Untuk mencapai tujuan itu, maka bangsa Indonesia diharuskan memberikan bantuan berupa tenaga dan hasil kekayaan alam kepada Jepang.
Jepang membentuk Gerakan Tiga, yakni Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.
Gerakan tersebut sebagai semboyan Jepang untuk membujuk bangsa Indonesia agar membantu. Pemimpin gerakan tersebut adalah Mr. Syamsudin bekas anggota Parindra.