KOMPAS.com - Studi fenomenologi merupakan salah satu metodologi penelitian atau riset.
Dalam buku Fenomenologi sebagai Filsafat dan Metode (2018) karya Muhammad Farid, dijelaskan bahwa studi fenomenologi pertama kali diusung oleh Edmund Husserl, filsuf asal Jerman.
Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani "pahainomenon", berarti sebuah gejala atau menampakkan diri.
Lewat pemaknaan istilah ini, sebuah peristiwa terlihat nyata dan ada untuk dipahami secara mendasar serta menyeluruh. Peristiwa ini kerap terjadi pada subyek penelitian atau manusia.
Tujuan utama studi fenomenologi adalah mendalami fenomena berdasarkan pengalaman seseorang akan suatu permasalahan.
Dikutip dari jurnal Phenomenology: A Philosophy and Method of Inquiry (2018) karya Sadruddin Bahadur Qutoshi, guna mendapatkan hasil riset studi ini, peneliti harus melakukan wawancara mendalam, observasi, dan diskusi bersama subyek penelitiannya.
Tiga hal tersebut membantu peneliti memahami secara detail pengalaman subyek terhadap permasalahan yang dialaminya.
Baca juga: Metode Pendekatan dalam Ilmu Antropologi
Studi fenomenologi memiliki dua fokus utama, yakni textural description dan structural description.
Dilansir dari jurnal Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi (2008) karya O. Habiansyah, textural description berfokus pada aspek obyektif dari pengalaman subyek penelitian, yakni manusia.
Aspek obyektif bisa diperoleh melalui peristiwa atau fenomena yang dialami seseorang. Pada aspek ini, peneliti akan mencari tahu terlebih dahulu gambaran nyata fenomena tersebut, secara mendasar.
Misalnya, peneliti ingin meriset tentang pemaknaan etika jurnalisme gaya hidup di suatu media cetak. Aspek obyektif yang didapat berupa pemaknaan etika dari sudut pandang jurnalis gaya hidup tersebut.
Hal ini dibutuhkan supaya peneliti bisa menyesuaikan sudut pandangnya, dan berada pada lingkup diskusi yang sama dengan subyek penelitian.
Structural description berfokus pada aspek subyektif yang lebih mendalam.
Fokus penelitian studi fenomenologi ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana subyek penelitian memaknai dan menanggapi sebuah pengalaman atau peristiwa.
Baca juga: Teori Hierarki Pengaruh Isi Media Menurut Shoemaker dan Reese
Lebih tepatnya, fokus structural description ada pada penilaian serta pendapat subyek mengenai sebuah fenomena yang terjadi pada dirinya.
Dalam hal ini, peneliti diharapkan mampu mengulik serta memperoleh jawaban terperinci dari subyek penelitiannya.
Contohnya, penelitian pemaknaan etika bagi jurnalis gaya hidup di media cetak. Aspek subyektif yang diperoleh, yakni bagaimana jurnalis memaknai etika jurnalisme gaya hidup tersebut.
Jurnalis, sebagai subyek, bisa memaknainya dengan memberi penilaian tersendiri. Misalnya etika peliputan berita apakah sudah sesuai atau belum dengan peraturan.
Fokus structural description membantu peneliti mendapatkan hasil riset yang lebih faktual. Sebab, informasi diperoleh langsung dari subyek atau orang yang mengalami fenomena secara nyata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.