KOMPAS.com - Paradigma adalah cara pandang dasar mengenai ilmu dan teori yang sudah ada.
Awalnya paradigma dalam ilmu pengetahuan dikembangkan oleh Thomas S. Kuhn dalam karyanya yang berjudul The Structure Of Scientific Revolution (1962) dan The Essential Tension: Selected Studies In Scientific Tradition And Change (1977).
Paradigma juga bisa diartikan sebagai konsensus dari ilmuwan tertentu yang kemudian dijadikan suatu komunitas oleh ilmuwan lain.
Dalam sebuah penelitian, agar menjadi sebuah substansi, paradigma memiliki dua karakteristik, yakni:
Sebuah objektivitas ilmu tidak akan bersifat otoritatif dengan sebuah alasan kebenaran.
Ilmu pengetahuan sebagai representasi kebenaran dan fenomena yang ada dan bersifat dinamis, makin terbarukan karena menggunakan temuan ilmiah baru yang berlandaskan pada apa yang benar menurut paradigma lama. Namun, berdasarkan paradigma baru, kebenaran tersebut belum tentu ada.
Baca juga: Proposal Penelitian: Pengertian, Tujuan, Jenis, Penulisan, dan Cara Membuatnya
Aspek paradigma dapat dilihat dari asumsi metateoritikal yang dapat mendasari isi paradigma tersebut. Itulah alasan pembedaan paradigma yang satu dan lainnya.
Dilansir dari Scientific Inquiry in Social Work, paradigma dalam ilmu sosial dibagi menjadi empat, yaitu:
Yaitu paradigma yang hadir paling awal dalam ilmu pengetahuan. Paradigma ini memiliki pendekatan yang mampu menjelaskan hubungan sosial dengan pemikiran rasional.
Paradigma positivistik juga mengukur secara obyektif lewat eksperimen, berupa survei yang biasanya dilakukan dengan pendekatan kuantitatif.
Paradigma ini hadir karena timbulnya ketidakpuasan terhadap suatu pandangan yang dikembangkan oleh paradigma positivistik, khususnya mengenai realitas.
Karena realitas merupakan suatu hal yang dapat dikonstruksikan oleh individu serta keterlibatannya dalam sebuah penelitian.
Ketika melakukan observasi, peneliti hendaknya berperilaku secara detail dan terperinci. Biasanya metodologi dalam paradigma ini harus dilakukan di lapangan atau alam, supaya bisa mengungkapkan sebuah fenomena secara keseluruhan.
Baca juga: Jenis-Jenis Metode Penelitian
Paradigma kritis tidak sekadar menggunakan teori untuk menjelaskan sebuah realitas sosial, tetapi juga membongkar ideologi yang sudah ada.
Secara ontologi, realisme historis terlihat dari sebuah proses sejarah sosial. Dari sisi epistemologi, pemahaman mengenai realitas temuan dikaitkan dengan nilai tertentu. Secara metodologi, suatu tafsiran ditekankan dengan obyek penelitian.
Paradigma ini hadir karena adanya kelemahan dari tiga paradigma sebelumnya, yakni positivistik, interpretif, dan kritis. Kelahiran paradigma ini turut didukung oleh teknologi terbaru dan canggih.
Teori ini membuang metode dan teori dominan mengenai modernitas, yang kemudian digantikan oleh metode post struktural.
Berdasarkan aksiologi, paradigma postmodern ini menekankan peran role of value yang didasarkan pada fenomena yang diinvestigasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.