KOMPAS.com - Karakteristik pengkaryaan antara Angkatan 45 dan Angkatan 50 tidak jauh beda. Hanya saja pergulatan politik yang membuat pembabakan periode sastranya menjadi berbeda.
Menurut Andri Wicaksono dalam Pengkajian Prosa Fiksi (2017), dengan adanya pergantian situasi dan suasana tanah air dari perangkai perdamaian, dari masa transisi penjajahan ke kemerdekaan, maka para sastrawan mulai memikirkan masalah kemasyarakatan yang baru dalam suasana kemerdekaan.
Berikut karya-karya sastra Angkatan 50:
Kumpulan cerpen ini berisi tujuh judul. Sebagian besar tokoh utamanya adalah perempuan dan diceritakan melalui sudut pandang perempuan. Nama Dua Dunia diambil dari salah satu judul dalam cerpen.
Cerpen tersebut mengisahkan tentang Iswati, seorang perempuan yang memperjuangkan hak asuh atas anaknya. Ia bercerai dan hukum saat itu mendiskriminasi kaum perempuan. Iswati ingin tinggal bersama anaknya.
Baca juga: Karya-Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
Kumpulan cerpen Orang-Orang Bloomington (1950) karya sastra Budi Darma
Kumpulan cerpen ini berisi tujuh judul. Seluruh ceritanya terinspirasi saat Budi Darma menempuh pendidikan master dan doktoral di Indiana University Bloomington, Amerika Serikat, antara 1974-1980.
Ia menceritakan orang-orang yang ia temui selama tinggal di Bloomington. Ia menuangkan pengalaman dan pengamatannya dalam karya sastra, yaitu cerpen.
Kumpulan puisi Tirani (1966) karya Taufik Ismail
Kumpulan puisi ini berisi protes yang terhadap tiran dan oligarki. Dilatarbelakangi oleh gerakan mahasiswa yang memprotes kebijakan pemerintah yang bertindak sewenang-wenang.
Salah satu puisi dalam kumpulan ini berjudul “ Sebuah Jaket Berlumur Darah”, yang menggambarkan mahasiswa yang melakukan aksi turun ke jalan menuntut kebebasan berpendapat, tetapi di hadang tentara dengan menggunakan senjata lengkap.