Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Banjar (1859-1905)

Kompas.com - 26/10/2020, 10:39 WIB
Gama Prabowo,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang bercorak Hindu. Masuknya Islam di Kesultanan Banjar terjadi pada sekitar akhir abad 15 berkat peran dari Kerajaan Demak.

Kesultanan ini memiliki wilayah kekuasaan di sekitar Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah.

Dalam perkembangannya, Kesultanan Banjar memiliki wilayah yang strategis dalam jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Asia Timur, Asia Selatan dan Jazirah Arab.

Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, disebutkan bahwa pelabuhan-pelabuhan dagang Kesultanan Banjar pada abad 15 M selalu ramai dengan kapal-kapal dagang internasional yang transit ketika melakukan perjalanan dagang.

Selain itu, Kesultanan Banjar juga memiliki hasil sumber daya alam emas, intan, lada, rotan dan damar yang melimpah. Kondisi kekayaan Kesultanan Banjar tersebut mendorong Belanda untuk menguasai Kesultanan Banjar.

Baca juga: Perang Pattimura Melawan Belanda

Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, interaksi antara Belanda dan Kesultanan Banjar mulai terjadi pada sekitar 1840-an.

Belanda melakukan campur tangan di beberapa wilayah Kesultanan Banjar dan memadamkan sengketa-sengketa dalam negeri Kesultanan Banjar.

Atas jasa tersebut, Belanda mendapatkan hak khusus untuk mencampuri urusan dalam negeri Kesultanan Banjar.

Interaksi antara Belanda dan Kesultanan Banjar menimbulkan banyak permasalahan yang nantinya memuncak pada perlawanan Antasari dalam Perang Banjar.

Berikut latar belakang Perang Banjar, di antaranya:

  • Rakyat menjadi sasaran eksploitasi dari Belanda dan Kesultanan Banjar
  • Munculnya konflik perebutan tahta Kesultanan Banjar akibat intervensi Belanda
  • Sikap sewenang-wenang dari Tamjidillah yang ditunjuk Belanda sebagai Sultan Banjar

Baca juga: Perang Tondano Melawan Belanda

Pangeran Antasaritribunnewswiki.com Pangeran Antasari
Jalannya Perang Banjar

Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II memimpin perlawanan terhadap Belanda pada 1859. Pangeran Antasari memimpin penyerangan terhadap benteng Belanda dan tambang batubara di wilayah Pengaron.

Dalam serangan tersebut tentara Belanda dapat dilumpuhkan dan pasukan pangeran Antasari dapat menguasai tambang batubara di Pengaron.

Dalam buku Pegustian dan Temanggung : Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti, Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906 (2014) karya Helius Sjamsudin, Pihak Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menawan keluarga Pangeran Hidayatullah II dan meminta Hidayatullah II untuk keluar dari persembunyiannya.

Hidayatullah II secara terpaksa harus keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan keluarganya. Namun sesampainya di Istana, Hidayatullah II ditangkap Belanda dan diasingkan menuju ke Cianjur.

Pasca ditinggal Hidayatullah II, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perlawanan. Wilayah perlawanan Pangeran Antasari meliputi daerah-daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Baca juga: Perlawanan Bali Terhadap Belanda

Akhir Perang Banjar

Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit paru-paru dan cacar. Meskipun dalam keadaan sakit keras, keinginan Pangeran Antasari untuk menjadikan Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak meredup.

Pangeran Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com