KOMPAS.com - Kawasan Maluku pada abad pertengahan merupakan surga bagi para pencari rempah-rempah dengan kualitas terbaik.
Banyak pedagang internasional seperti Cina, India bahkan Arab datang di kawasan ini untuk berdagang rempah-rempah.
Pada sekitar abad 16-17 M, bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol dan Portugis mencoba memperebutkan kekuasaan dagang atas Maluku.
Pada awal abad 19, kawasan Maluku kembali berada dibawah kekuasaan Belanda setelah Inggris menandatangani perjanjian traktat London dengan mneyerahkan wilayah kekuasaan Indonesia kepada Belanda.
Pendudukan kembali Belanda di Maluku membawa banyak masalah dan kesengsaraan bagi rakyat Maluku.
Baca juga: Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi Terhadap VOC
Rakyat Maluku, khususnya masyarakat Saparua sepakat untuk melakukan perlawanan di bawah komando Thomas Matulessy atau biasa disebut Kapitan Pattimura.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, disebutkan bahwa latar belakang perlawanan masyarakat Maluku terhadap Belanda pada 1817 adalah :
Tindakan monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan Belanda melalui pelayaran Hongi di Maluku.
Timbulnya kesengsaraan Maluku karena kebijakan penyerahan wajib berupa penyerahan ikan asin, kopi dan hasil laut lainnya kepada Belanda.
Sikap Residen Saparua yang memberlakukan masyarakat Maluku dengan sewenang-wenang.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan