Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehidupan Zaman Sejarah di Indonesia

Kompas.com - 02/07/2020, 17:00 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Nenek moyang bangsa Indonesia yang menurunkan generasi paling banyak sekarang ini diduga berasal dari daerah Yunan, China Selatan.

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia terbagi menjadi dua gelombang, yaitu gelombang Proto Melayu dan Deutro Melayu (Melayu Muda).

Dalam buku Sejarah (2007) karya Anwar Kurnia, bangsa Proto Melayu membawa kebudayaan neolitikum (batu baru) dengan arah persebarannya ras Papua-Melanosoid dan ras Austronesia.

Sedangkan bangsa Deutro Melayu tiba di Kepulauan Indonesia setelah bangsa Proto Melayu. Gelombang ini masih tergolong ras Austronesia.

Pada perkembangannya, ras Papua-Melanosoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanosoid melahirkan berbagai macam suku bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia.

Baca juga: Zaman Prasejarah Berdasarkan Arkeologi

Seiring perkembangan zaman, corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia juga berubah. Corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia menjelang zaman sejarah dapat dijelaskan sebagai berikut:

Masyarakat agraris

Pada zaman neolitikum akhir, masyarakat Indonesia sudah pandai bercocok tanam dan beternak. Cara bercocok tanam yang pertama dilakukan adalah sistem berladang.

Lambat laun sistem tersebut berubah menjadi bersawah. Cara bercocok tanam dengan bersawah kemudian menjadi bagian hidup mereka.

Oleh karena itu, masyarakat mencari tempat tinggal dan tempat bercocok tanam yang terletak di sepanjang aliran sungai. Akhirnya, mereka mampu menghatur irigasi sederhana.

Mereka juga bisa menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada suatu musim. Hal ini karena masyrakat zaman itu sudah mempelajari astronomi (ilmu perbintangan).

Baca juga: Peninggalan Manusia Praaksara

Peralatan pertanian yang dipakai adalah cangkul dari perunggu, kapak persegi, dan kapak lonjong. Mereka menggunakan ani-ani untuk memotong padi. Hal ini memperlihatkan adanya corak kebudayaan sungai.

Masyarakat bahari

Kemampuan nenek moyang dalm mengarungi lautan sudah ada sejak dahulu. Ketika memasuki Kepulauan Indonesia, mereka menggunakan perahu bercadik.

Perahu bercadik adalah jenis perahu yang di kanan kirinya menggunakan bambu dan kayu supaya tetap seimbang.

Masyarakat bahari bertenmpat tinggal di sepanjang pantai. Mereka menangkap ikan dan kerang. Pengetahuan arah angin dan astronomi didapat dari pengalaman berlayar selama bertahun-tahun.

Kemampuan dan pengetahuan bahari kemudian dianut oleh masyarakat di Kerajaan Sriwijaya dan suku Bugis di Sulawesi Selatan. Kepandaian ini menyebar ke seluruh Indonesia sehingga meninggalkan kebudayaan laut Indonesia.

Baca juga: Zaman Masa Praaksara di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com