Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kehidupan Zaman Sejarah di Indonesia

KOMPAS.com - Nenek moyang bangsa Indonesia yang menurunkan generasi paling banyak sekarang ini diduga berasal dari daerah Yunan, China Selatan.

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia terbagi menjadi dua gelombang, yaitu gelombang Proto Melayu dan Deutro Melayu (Melayu Muda).

Dalam buku Sejarah (2007) karya Anwar Kurnia, bangsa Proto Melayu membawa kebudayaan neolitikum (batu baru) dengan arah persebarannya ras Papua-Melanosoid dan ras Austronesia.

Sedangkan bangsa Deutro Melayu tiba di Kepulauan Indonesia setelah bangsa Proto Melayu. Gelombang ini masih tergolong ras Austronesia.

Pada perkembangannya, ras Papua-Melanosoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanosoid melahirkan berbagai macam suku bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia juga berubah. Corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia menjelang zaman sejarah dapat dijelaskan sebagai berikut:

Masyarakat agraris

Pada zaman neolitikum akhir, masyarakat Indonesia sudah pandai bercocok tanam dan beternak. Cara bercocok tanam yang pertama dilakukan adalah sistem berladang.

Lambat laun sistem tersebut berubah menjadi bersawah. Cara bercocok tanam dengan bersawah kemudian menjadi bagian hidup mereka.

Oleh karena itu, masyarakat mencari tempat tinggal dan tempat bercocok tanam yang terletak di sepanjang aliran sungai. Akhirnya, mereka mampu menghatur irigasi sederhana.

Mereka juga bisa menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada suatu musim. Hal ini karena masyrakat zaman itu sudah mempelajari astronomi (ilmu perbintangan).

Peralatan pertanian yang dipakai adalah cangkul dari perunggu, kapak persegi, dan kapak lonjong. Mereka menggunakan ani-ani untuk memotong padi. Hal ini memperlihatkan adanya corak kebudayaan sungai.

Masyarakat bahari

Kemampuan nenek moyang dalm mengarungi lautan sudah ada sejak dahulu. Ketika memasuki Kepulauan Indonesia, mereka menggunakan perahu bercadik.

Perahu bercadik adalah jenis perahu yang di kanan kirinya menggunakan bambu dan kayu supaya tetap seimbang.

Masyarakat bahari bertenmpat tinggal di sepanjang pantai. Mereka menangkap ikan dan kerang. Pengetahuan arah angin dan astronomi didapat dari pengalaman berlayar selama bertahun-tahun.

Kemampuan dan pengetahuan bahari kemudian dianut oleh masyarakat di Kerajaan Sriwijaya dan suku Bugis di Sulawesi Selatan. Kepandaian ini menyebar ke seluruh Indonesia sehingga meninggalkan kebudayaan laut Indonesia.

Tak hanya itu, mereka juga sudah membuat batik, kerajinan logam dengan beragam bentuk, dan benda-benda dari batu besar.

Masyarakat religius

Pada saat agama belum masuk ke Indonesia, nenek moyang mempercayai adanya kekuatan yang mahatinggi di luar dirinya. Kekuatan ini terdapat di alam semesta.

Hal ini muncul kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan kepada roh nenek moyang, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan kepada benda yang memiliki keuatan gaib, kesakitan, atau tuah.

Adapun benda-benda peninggalan tradisi megalitikum di antaranya:

  1. Menhir, tugu batu yang diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk memperingati dan memuja roh nenek moyang. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Banten, Kosala, dan Garut.
  2. Sarkofagus, tempat jenazah yang terbuat dari dua batu dan ditangkupkan. Bali dan Sumbawa Barat merupakan tempat ditemukannya sarkofagus.
  3. Dolmen, bangunan semacam meja dari batu yang berkaku batu utuh dan digunakan untuk pelinggih roh atau tempat sesajen. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan.
  4. Peti kubur batu, peti mayat yang dibentuk dari empat atau lebih papan batu. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Gunung Kidul.
  5. Waruga, peti kubur batu dalam ukuran yang kecil. Waruga sering disebut dengan timbukar dan banyak ditemukan di Minahasa.
  6. Punden berundak, bangunan berupa susunan batu berundak-undak yang terdiri dari tujuh undak dan digunakan bagi kegiatan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Bangunan ini ditemukan di Cisolok, Sukabumi.
  7. Arca batu, patung yang terbuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk manusia dan binatang. Arca ini kebanyakan menggambarkan manusia, gajah, harimau, babi, rusa, dan kera. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/02/170000869/kehidupan-zaman-sejarah-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke