Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Demokrasi Terpimpin: Peta Kekuatan Politik Nasional

Kompas.com - Diperbarui 11/11/2022, 15:31 WIB
Serafica Gischa

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Demokrasi Terpimpin menjadi pembalikan proses politik yang berjalan di masa demokrasi parlementer. 

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, peta kekuatan politik Demokrasi Terpimpin mengalami pasang surut. 

Kekuatan politik Demokrasi Terpimpin antara tahun 1960-1965, seluruh kekuasaan negara dipegang penuh oleh Presiden Soekarno. Presiden Soekarno menjalankan tugasnya dengan  didampingi Angkatan Darat dan PKI di sampingnya.

Presiden Soekarno selalu mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia memiliki lima gagasan penting yang terangkum dalam Manisfeesto Politik, yaitu:

  • Undang-Undang Dasar 1945
  • Sosialisme Indonesia
  • Demokrasi Terpimpin
  • Ekonomi Terpimpin
  • Kepribadian Indonesia

Sejak tahun 1961, Manifesto Politik menjadi salah satu ilmu yang harus dipelajari dalam dunia pendidikan.

Beberapa surat kabar yang pro Masyumi dan PSI menolak ide tersebut, sehingga dilarang terbit oleh pemerintah.

Baca juga: Perkembangan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin

Konflik dengan DPR

Dalam perkembangan pilitik Demokrasi Terpimpin, terjadi pecah konflik antara Presiden dan DPR karena banyak fraksi yang menolak kebijakan Presiden Soekarno. Puncak konflik terjadi, ketika DPR menolak RAPBN 1960 yang diajukan pemerintah. 

Penolakan tersebut kemudian dijadikan alasan Presiden untuk membubarkan DPR hasil pemilu 1955. Setelah itu, Presiden Soekarno membentuk Dewan Perwkilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Pemilihan anggota DPR dilakukan oleh presiden sendiri dan harus terikat dengan aturan presiden. 

Partai politik

Politik Demokrasi Terpimpin juga membatasi adanya partai politik. Pembatasan dilakukan melalui Penetapan Presiden No 7 tahun 1959 tentang syarat-syarat penyederhanaan partai yang berbunyi: 

  • Menerima dan membela konstitusi 1945 dan Pancasila
  • Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-cita politiknya.
  • Partai politik setidaknya memiliki cabang diseperempat wilayah Indonesia.
  • Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.
  • Presiden berhak membubarkan partai yang terindikasi berusaha merongrong politik pemerintah dan mendukung pemberontakan.

Hingga 1961, pemerintah hanya mengakui sembilan partai politik yaitu PKI, Partai Murba, Partai Katolik, PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan Partindo.

Baca juga: Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin

Ajaran Resopim

Revolusi, sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional (Resopim) bertujuan untuk memperkuat kedudukan Presiden Soekarno.

Intinya seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui revolusi, jiwa oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan, yang disebut Panglima Besar Revolusi yaitu Presiden Soekarno.

Presiden seumur hidup dan Nasakom

MPRS menetapkan Presiden Soekarno sebagai presiden sumur hidup dalam Sidang Umum 1063.

Presiden Soekarno mendapat tiga dukungan yaitu, nasionalis, agama, dan komunis (Nasakom).

Sistem pemerintahan yang dikembangkan Presiden Soekarno memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya ideologi komunis.

Presiden Soekarno juga mengajarkan Nasakom kepada masyarakat. Di mana Nasakom merupakan cermin paham bebagai golongan masyarakat Indonesia.

Sehingga persatuan Indonesia dapat terwujud jika melaksanakan dan menerima ajaran Nasakom.

Partai Komunis Indonesia (PKI)

Dalam perjalanannya, PKI memanfaatkan ajaran Nasakom, sehingga berhasil mendapatkan tempat dalam konstelasi politik Indonesia.

Strategi ini juga meyakinkan Presiden Soekarno bahwa PKI merupakan partai pendukung utama kebijakan pemerintah.

Bahkan saat Presiden Soekarno membubarkan beberapa partai politik yang terlibat dalam pemberontakan, PKI berhasil terhindar dari pembubaran tersebut.

Angkatan Darat yang mengetahui kedekatan PKI dengan Presiden Soekarno mengerahkan berbagai cara untuk menghambat pergerakan PKI.

Pimpinan Angkatan Darat mengeluarkan perintah untuk menangkap DN Aidit dan melarang terbitan surat kabar harian Rakyat.

Baca juga: Penyimpangan UUD 1945 pada Masa Demokrasi Terpimpin

Namun hal tersebut menuai protes Presiden Soekarno dan memerintahkan agar semua keputusan Angkatan Darat dicabut.

Memasuki tahun 1964 serangan terhadap PKI semakin banyak. Beberapa surat kabar memberitakan penemuan dokume rahasia PKI yang berencana merebut kekuasaan.

Hal tersebut dibantah oleh DN Aidit. Isu tersebut berkembang menjadi isu politik besar.

Presiden Soekarno berupaya menyelesaikan masalah tersebut dengan mengumpulkan seluruh pimpinan partai politik.

Dalam pertemuan tersebut, seluruh pemimpin partai politik sepakat mengakhiri perseteruan karena pemerintah sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com