Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organisasi Semimiliter di Era Pendudukan Jepang

Kompas.com - 13/01/2020, 17:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Rencana ini disambut antusias oleh tokoh-tokoh Islam yang tergabung di Masyumi. Bagi mereka, ikut perang membela Jepang sama dengan mengupayakan kemerdekaan yang dijanjikan Jepang.

Sementara bagi Jepang, pasukan ini akan memperkuat pasukan yang berperang. Apalagi, Islam saat itu menjadi agama mayoritas rakyat.

Maka dengan dukungan Masyumi, pada 15 Desember 1944, didirikanlah Kaikyo Seinen Teishinti atau Hizbullah.

Baca juga: Sejarah BPUPKI dan Perjalanannya

Dikutip dari Islam dan politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin, 1959-1965 (1996), Hizbullah adalah kesatuan militer bagi pemida muslim.

Hizbullah yang artinya tentara Allah, diisi oleh pemuda-pemuda muslim. Ketua Pengurusnya adalah KH Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh Roem.

Anggota pengurusnya antara lain Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasih, dan Anwar Cokroaminoto.

Pada tahap pertama pendaftaran digelar lewat Syumubu (kantor Agama). Setiap keresidenan diminta mengirim 25 orang pemuda muslim. Mereka rata-rata berusia 17-25 tahun.

Terkumpullah 500 orang pemuda muslim. Mereka kemudian dilatih militer di Cibarusah, Bogor, Jawa Barat selama 35 bulan.

Baca juga: Terbentuknya PPKI dan Detik-detik Proklamasi

Pada tanggal 28 Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara Jepang.

Pembukaan latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim, dan Moh Natsir.

Dalam pidato pembukaannya, pimpinan tentara Jepang menegaskan bahwa para pemuda dilatih agar dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan iman yang teguh.

Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah pengawasan perwira Jepang, Kapten Yanagawa Moichiro. Kapten Moichiro adalah pemeluk Islam yang kemudian menikah dengan seorang putri dari Tasik.

Baca juga: Perjanjian Linggarjati: Latar Belakang, Isi, dan Dampaknya

Tak hanya latihan fisik kemiliteran, anggota Hizbullah juga mendapat pendidikan mental rohaniah. Ada bidang kekebalan yang dilatih oleh KH Mustafa Kamil, bidang tauhid oleh KH Mawardi.

Kemudian bidang politik dilatih oleh KH Abdul Halim, dan bidang sejarah oleh Kiai Tohir Basuki (bidang sejarah). Ketua asramanya adalah KH Zainul Arifin.

Setelah selesai pelatihan, anggota kembali ke daerah masing-masing untuk membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta program pelatihannya.

Dengan demikian, berkembanglah kekuatan Hizbullah di berbagai daerah. Namun kekuatan utama ada di Jawa sebagai pusat pemerintahan.

Baca juga: TNI, Sejarah dan Fungsinya

Barisan Berani Mati

Dikutip Tukang Becak Jadi Mayor TNI: Kisah Mayor Abdullah, Pahlawan 10 November yang Terlupakan (2015), Jibakutai dibentuk Jepang pada 8 Desember 1944.

Saat itu Jepang sudah terdesak dalam Perang Pasifik. Kelompok ini terinspirasi dari para pilot Kamikaze.

Kamikaze adalah unit khusus di militer Jepang yang mengorbankan nyawa dengan menabrakkan pesawatnya ke kapal perang musuh.

Barisan ini memang dipersiapkan untuk membantu Jepang menghadapi musuh. Namun pemuda anggotanya dilatih menghadapi musuh dari pihak mana pun yang mengancam Indonesia.

Baca juga: Saat Pesawat Kamikaze Lakukan Perjalanan Pertama dari Jepang Ke Eropa

Para anggotanya tak dibekali senjata api. Mereka hanya dilatih baris berbaris dan aba-aba Jepang.

Mereka juga tak tinggal di asrama. Mereka hanya dibekali semangat untuk berani mati dan tak banyak bertanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com