Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putera, Organisasi Propaganda Jepang Pimpinan Empat Serangkai

Kompas.com - 12/01/2020, 15:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

KOMPAS.com - Ketika menduduki Tanah Air, Jepang menampilkan dirinya sebagai "saudara tua" yang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan. Ini dikarenakan Jepang tahu bahwa rakyat Indonesia sangat ingin merdeka.

Jepang berusaha bekerja sama dengan para tokoh pergerakan. Cara ini digunakan agar mereka dapat merebut simpati rakyat dengan mudah lewat para tokoh.

Harapannya, golongan nasionalis dan intelektual dapat mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk melancarkan perang Jepang.

Sebagai ganti Gerakan Tiga A yang dibubarkan karena tidak efektif, Jepang memprakarsai Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Putera dipimpin oleh tokoh nasional yang kerap dijuluki Empat Serangkai.

Baca juga: Gerakan Tiga A dan Propaganda Jepang

Toko Empat Serangkai pendiri Pusat Tenaga Rakyat (Putera), (searah jarum jam), Soekarno, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansyur, dan Moh Hatta.Album Pahlawan Bangsa (2004) Toko Empat Serangkai pendiri Pusat Tenaga Rakyat (Putera), (searah jarum jam), Soekarno, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansyur, dan Moh Hatta.
Empat Serangkai

Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang (2018), Empat Serangkai terdiri dari Soekarno, Moh Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Mereka berpendapat sikap kooperatif dan kerja sama adalah langkah terbaik ketika perang.

Dengan restu Jepang, Putera pun didirikan pada 16 April 1943. Ada pimpinan pusat dan pimpinan daerah yang dibagi sesuai tingkatnya yakni syu, ken, dan gun.

Putera juga mempunyai beberapa penasihat yang berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S Miyoshi, G Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama.

Gerakan ini tidak dibiayai pemerintah Jepang. Walaupun demikian, para pemimpin bangsa diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas Jepang seperti koran dan radio.

Baca juga: Kedatangan Jepang di Indonesia, Mengapa Disambut Gembira?

Tujuan Jepang membentuk Putera

Tujuan Putera adalah membangun dan menghidupkan kembali hal-hal yang dihancurkan Belanda. Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang dalam perang.

Selain tugas propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi.

Dengan cara ini, para pemimpin dapat berkomunikasi secara leluasa kepada rakyat. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua tahun kemudian.

Banyak unsur masyarakat yang mendukung bergabung. Di antaranya Persatuan Guru Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio, serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso.

Baca juga: Pemerintahan Sipil Jepang di Indonesia

Ada juga kelompok pemuda yang bergabung yakni Barisan Banteng, Badan Perantaraan, dan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia.

Jepang menyadari Putera lebih banyak menguntungkan bagi pegerakan nasional dibanding kepentingan Jepang sendiri. Maka pada 1944, Jepang membubarkan Putera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com