Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Kebahagiaan menjadi dambaan tiap manusia. Dengan bahagia, kehidupan mereka terasa menyenangkan dan nyaman.
Apa itu kebahagiaan?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “bahagia” artinya keadaan atau perasaan senang dan tenteram, serta bebas dari segala yang menyusahkan.
Dalam bentuk kata benda, “kebahagiaan” diartikan sebagai kesenangan, ketenteraman hidup, keberuntungan, dan kemujuran yang bersifat lahir batin.
Arti kata “bahagia” berbeda dengan “senang”.
Secara filsafat, kata “bahagia” berarti kenyamanan dan kenikmatan spiritual dengan sempurna, serta tidak adanya cacat pikiran, sehingga merasa tenang dan damai.
Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat hubungannya dengan kejiwaan seseorang.
Kebahagiaan dapat diperoleh jika kita memiliki emosi positif terhadap masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Sehingga hal itu terwujud dalam kegiatan positif di kehidupan.
Selain itu, kebahagiaan adalah memiliki sikap positif terhadap kehidupan, di mana sepenuhnya merupakan bentuk kepemilikan komponen kognitif dan afektif.
Aspek kognitif kebahagiaan terdiri dari evaluasi positif terhadap kehidupan, yang diukur baik atau sesuai standar atau harapan.
Sementara segi afektif kebahagiaan, meliputi apa yang disebut secara umum sebagai suatu rasa kesejahteraan (sense of well being), menemukan kekayaaan hidup, atau perasaaan puas.
Menurut Martin Seligman, kebahagiaan adalah konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu, serta aktivitas positif yang tidak memiliki komponen perasaan negatif.
Untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri, tentunya tiap orang memiliki cara berbeda dalam mempersepsikannya.
Jadi, kebahagiaan adalah terciptanya kondisi batin yang positif, berupa kegembiraan, ketenangan, keamanan, damai, kenyamanan, hidup penuh makna, serta kebahagiaan akhirat.
Ada empat karakteristik kebahagiaan menurut Myers Briggs, yaitu:
Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cukup percaya diri untuk menyetujui pernyataan orang lain.
Karakteristik kebahagiaan yang berikutnya adalah optimistis. Artinya manusia percaya bahwa sebuah peristiwa pasti memiliki sifat buruk yang sementara.
Sehingga mereka berusaha lebih keras di lain kesempatan, agar mereka dapat mengalami peristiwa baik lagi.
Orang yang bahagia biasanya terbuka terhadap orang lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang tergolong extrovert dan mudah bersosialisasi, ternyata lebih bahagia.
Orang yang bahagia akan memiliki kontrol dalam hidupnya. Mereka merasa kuat, sehingga biasanya lebih berhasil, baik di sekolah maupun pekerjaan.
Dengan demikian, salah satu karakteristik kebahagiaan adalah bersikap optimistis dan berpikir positif terhadap segala sesuatu.
Martin Seligman menyebutkan tiga cara untuk bahagia, yakni:
Kita harus menjalani hidup secara menyenangkan. Dapatkanlah kenikmatan sebanyak mungkin, namun tetap dengan takaran yang pas.
Aristoteles menyebutnya sebagai eudaimonia, atau terlibatlah dalam pekerjaan, hubungan, atau kegiatan yang membuat kita mengalami “flow”.
Kita harus merasa larut dalam kegiatan itu seolah-olah waktu berhenti bergerak. Dengan demikian, kita tidak merasakan apa pun karena merasa khusyuk.
Milikilah semangat melayani, dan usahakan untuk berkontribusi dan bermanfaat bagi orang atau makhluk lain.
Contoh, menjadi bagian dari organisasi atau kelompok, dan tradisi atau gerakan tertentu. Dengan begitu, hidup kita menjadi lebih bermakna.
https://www.kompas.com/skola/read/2023/09/25/110000869/kebahagiaan-pengertian-karakteristik-dan-caranya