Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Upaya Konservasi Anggrek 'Dendrobium capra' Jawa Timur yang Terancam Punah

Kompas.com - 15/04/2024, 11:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh : Fitria Rizki Wijaya, Trimanto, Destario Metusala*

INDONESIA memiliki sedikitnya 5.000 spesies anggrek. Salah satunya Dendrobium capra atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama Anggrek Larat Hijau.

Anggrek ini merupakan anggrek asli (native) dari Pulau Jawa yang ditetapkan sebagai spesies dengan status terancam punah (Endangered) menurut IUCN Redlist.

Keindahan anggrek ini tak diragukan lagi sehingga banyak para penggemar anggrek yang mengkoleksinya.

Bunga D.capra mekarnya berbentuk bintang, berwarna hijau muda hingga kekuningan, dengan garis ungu di bibirnya.

Kelopak dan sepal memiliki tekstur mengkilap yang kental. Kelopaknya linier sempit dengan ujung tumpul dan biasanya agak melengkung dalam bentuk alami. Bibirnya berlubang tiga dengan beberapa tonjolan memanjang di permukaan atas.

Penulis merupakan Pranata Humas Kawasan Jawa Timur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan membahas upaya konservasi Dendrobium capra yang merupakan anggrek Jawa Timur yang terancam punah yang berkolaborasi dengan Trimanto Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN dan Destario Metusala Peneliti Pusat Riset Biosistematika BRIN dari dua sudut pandang yang berbeda.

Menurut Destario Metusala, Spesies D. capra mempunyai bentuk kehidupan epifit yang beradaptasi pada habitat kering di perkebunan jati dataran rendah, sehingga spesies ini sangat terancam oleh konversi habitat akibat aktivitas pemanenan kayu secara berkala. 

Riset yang dilakukan oleh Trimanto dan tim peneliti dari BRIN mengungkap bahwa D.capra hanya tersebar di Jawa Timur dengan jangkauan terbatas.

Populasi D. capra di Pulau Jawa mengalami penurunan berdasarkan observasi lapangan. Spesies ini belum pernah dilaporkan berada di kawasan lindung. 

Pengamatan dilakukan untuk melihat pertumbuhan D. capra pada pohon jati yang rawan penebangan. Jika pohon jati ditebang maka habitat anggrek tersebut akan hilang.

Distribusi D. capra ini sangat terbatas. Apalagi merupakan anggrek komersial yang dijual tanpa diimbangi dengan budidaya.

Pemburu anggrek biasanya mengambilnya langsung dari pohon jati sehingga mengurangi populasi alaminya.

Anggrek Larat Hijau D. capra Anggrek Larat Hijau D. capra

Diketahui bahwa anggrek sulit beradaptasi dengan habitat yang terfragmentasi. Oleh karena itu, spesies ini dapat dikategorikan sebagai spesies yang terancam punah (Critically Endangered/CR).

Pelestarian D. capra dari kepunahan memerlukan program konservasi yang komprehensif. Masa depan spesies tanaman bergantung pada konservasinya.

Pelestarian ex-situ menjadi pilar dalam kesempatan terakhir penyelamatan anggrek. Ketika spesies di alam mengalami degradasi dan kepunahan, koleksi ex-situ berfungsi sebagai bahan cadangan untuk perbanyakan dan penelitian.

Sebagai bagian dari program konservasi anggrek endemik dataran rendah Jawa, tanaman dikumpulkan sebagai koleksi ex-situ di Kebun Raya Purwodadi. Anggrek diaklimatisasi di rumah kaca.

Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada media arang maupun media lempengan kayu. 

Trimanto mengatakan bahwa penelitiannya dan tim ini memberikan informasi terkini mengenai populasi D. capra.

Dendrobium capra dapat ditemukan di tiga lokasi wilayah survei di Kabupaten Bojonegoro, lebih tepatnya di pohon jati tua pada kawasan hutan jati.

Ditemukan 215 individu D. capra, jumlah tersebut sedikit lebih kecil dari yang dilaporkan 248 individu dari studi observasi tahun 2008 oleh Yulia & Rusaeni.

Hal tersebut mungkin terjadi karena pohon jati yang usianya lebih tua sebagai tempat hidup Dendobrium capra mengalami penebangan ataupun karena eksploitasi untuk diperdagangkan. 

Ia juga menambahkan informasi mengenai sebaran spesies ini dan habitat aslinya. Suatu tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, misalnya kuburan, dapat menjadi habitat lestari untuk melestarikan jenis tumbuhan langka.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitiannya ini telah menilai status konservasi D. capra diusulkan sebagai sangat terancam punah (Critically Endangered) sebagai status konservasi global saat ini. Kriteria ini menyiratkan tingginya risiko kepunahan di alam liar.

Penulis lebih menekankan kepada upaya konservasi melalui komunikasi sains yang perlu disampaikan kepada masyarakat terkait dengan status D. capra di habitat alaminya yang terancam punah.

Sebaik apapun hasil riset yang dilakukan peneliti yang apabila hanya tersimpan dalam jurnal-jurnal ilmiah atau dalam forum ilmiah, tidak akan membawa dampak kepada masyarakat apabila tidak dikomunikasikan. 

Komunikasi sains mempunyai peran penting untuk “membumikan” hasil riset tersebut agar dijangkau masyarakat luas.

Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan komunikasi sains terkait upaya konservasi D. capra ini bisa melalui media sosial dengan membuat utas menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, membuat infografis atau reels untuk memvisualisasikan hasil penelitian, atau bahkan menggandeng konten kreator dalam komunikasi sains tersebut.

Kolaborasi periset dengan media populer tak kalah pentingnya dalam mengkomunikasikan hasil riset. Media populer mengemas hasil riset agar lebih mudah dibaca dan dipahami masyarakat.  

Selain itu perlu juga adanya upaya untuk mengedukasi pelaku bisnis anggrek agar tidak mengambil anggrek spesies di habitat alaminya secara besar-besaran tetapi lebih kepada bisnis anggrek spesies hasil budidaya.

Fitria Rizki Wijaya, Trimanto, Destario Metusala

Pranata Humas Kawasan Jawa BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com