Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anjing Bisa Endus Penyakit Parkinson dengan Akurasi 90 Persen

Kompas.com - 03/03/2024, 15:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anjing dikenal sebagai hewan peliharaan yang setia dan juga pelindung selama berabad-abad.

Namun tidak hanya itu saja.

Banyak dari mereka yang memiliki ketrampilan dan bakat yang mengesankan.

Baca juga: Anjing Cium Bau Covid-19 dari Keringat di Ketiak Pasien, Kok Bisa?

Sebuah studi baru yang merupakan hasil dari penelitian panjang menunjukkan bahwa anjing peliharaan yang dilatih menjadi anjing pendeteksi medis, mampu mengendus aroma khas penyakit Parkinson (PD).

Penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat ini melibatkan 23 anjing jantan dan betina dari berbagai ras, usia, latar belakang.

Mengutip IFL Science, Rabu (28/2/2024) dalam studinya anjing dilatih untuk membedakan antara sampel sebum PD positif dan sampel sebum PD negatif.

Sampel-sampel ini dikumpulkan dari individu-individu dengan dan tanpa penyakit Parkinson yang didapat dari kaos yang dipakai semalaman atau kapas yang dikumpulkan dari punggung atas dan belakang leher.

Dari penelitian sebelumnya pada anjing, senyawa volatil dalam sebum individu dengan dan tanpa PD dapat dibedakan, bahkan sebelum gejala apa pun menjadi jelas.

Baca juga: Ilmuwan Akhirnya Ungkap Jenis Anjing dengan Umur Terpanjang

Mengendus Parkinson

Badan amal Medical Detection Dogs yang berbasis di Inggris telah bekerja di bidang pelatihan anjing selama lebih dari 15 tahun.

Mereka melatih anjing supaya bisa bekerja dengan orang-orang dengan berbagai kondisi serta melakukan penelitian terhadap potensi kemampuan anjing dalam mendeteksi berbagai penyakit menular dan kronis.

Termasuk menguji program pelatihan untuk mengendus Parkinson dengan kelompok anjing yang sangat beragam.

Selama periode pelatihan, anjing-anjing tersebut menerima total 320-340 paparan sampel sebum PD-positif.

Secara bertahap, mereka bekerja dengan pelatih untuk memperkuat sinyal peringatan mereka, seperti ketukan kaki atau gonggongan, yang dapat berbeda-beda setiap anjing.

Kemudian anjing mulai diminta untuk memperhatikan sampel yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

"Untuk paparan sampel baru itu, 23 anjing secara kolektid memiliki rata-rata sensitivitas 86 persen dan spesifisitas 89 persen," jelas peneliti dalam studi mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com