Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 1 Miliar Orang di Dunia Diperkirakan Alami Obesitas

Kompas.com - 03/03/2024, 10:34 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa angka obesitas global telah meningkat selama beberapa dekade terakhir.

Namun analisis baru mengukur kenaikan tersebut.

Baca juga: Apa Saja Penyakit yang Dapat Disebabkan oleh Obesitas?

Hasil pengukuran itu menemukan bahwa lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia hidup dengan obesitas pada tahun 2022. Angka tersebut sekitar seperdelapan dari populasi global.

Sebagai perbandingan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hampir 800 juta orang mengalami obesitas pada tahun 2016.

Mengutip Science News, Jumat (1/3/2024) obesitas didefinisikan dengan adanya kelebihan lemak tubuh yang menganggu kesehatan.

Penyakit kornis ini dapat meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit jantung dan diabetes tipe 2, serta dapat membatasi mobilitas dan berdampak negatif terhadap kesehatan mental.

Penelitian obesitas

Dalam studi ini, peneliti meneliti lebih dari 3600 studi berbasis populasi yang diterbitkan selama beberapa dekade terakhir yang mencakup 222 juta partisipan di hampir 200 negara dan wilayah.

Peneliti kemudian membagi berat badan yang dilaporkan setiap peserta dengan tinggi badan dan dikuadratkan untuk menemukan indeks massa tubuh atau BMI.

Analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2022 hampir 900 juta orang dewasa di seluruh dunia memiliki BMI 30 atau lebih sehingga diklasifikasikan sebagai obesitas.

Sedangkan pada anak-anak dan remaja berusia 5 hingga 19 tahun, diperkirakan hampir 160 juta menderita penyakit kronis yang didefinisikan sebagai BMI di atas titik tertentu pada kurva referensi pertumbuhan WHO yang memperhitungkan usia dan jenis kelamin.

Baca juga: Obesitas pada Anak Balita, Apakah Perlu Diet?

Itu artinya dari tahun 1990 hingga 2022, prevalansi obesitas meningkat dua kali lipat pada wanita, tiga kali lipat pada pria, dan empat kali lipat pada anak-anak serta remaja.

Pada saat yang sama, angka orang-orang yang mengalami kekurangan berat badan secara global mengalami penurunan.

"Kita tidak boleh menganggap kekurangan berat badan dan obesitas sebagai dua hal yang terpisah karena transisi dari satu hal ke hal lainnya berlangsung sangat cepat," kata Majid Ezzati, peneliti kesehatan global dari Imperial College London.

Perkiraan tingkat obesitas seharusnya meningkatkan kewaspadaan.

"Pemerintah dan masyarakat perlu mengatasi hal ini melalui pencegahan dan perawatan medis," papar Ezzati.

Ezzati mencatat bahwa salah satu faktor pendorong terbesar peningkatan prevalensi obesitas adalah terbatasnya akses dan tidak terjangkaunya makanan sehat.

Selain itu juga, ada beberapa faktor lain yang memengaruhi seperti perubahan gaya hidup di tingkat masyarakat seperti kurang tidur, peningkatan stres, dan lebih banyak makan makanan olahan dan konsumsi berlebihan.

Peneliti melaporkan temuan mereka ini di jurnal Lancet.

Baca juga: Apa Penyebab dan Faktor Risiko Obesitas?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com